Senin, 25 September 2017
TNI AL Pesan 4 Tambahan Kapal Frigate Sigma
Jakarta – Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu menegaskan akan mengganti seluruh alat utama sistem persenjataan (alutsista) yang usianya sudah tua . Langkah tersebut diambil guna meningkatkan kualitas persenjataan TNI.
”Jadi, yang lama diganti barang-barangnya. Laut yang usianya 40 tahun, udara 30 tahun. Nggak ada nambah nambah, cukuplah. Sudah kuat kita ini,” ujarnya di Markas Besar TNI AD, Jalan Veteran, Jakarta Pusat. Mantan KSAD ini mengakui, dengan pertahanan yang kuat, maka Bangsa Indonesia bisa mandiri di bidang ekonomi dan mampu menjaga sumber daya alam maritim.
Termasuk, mendukung Program Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia yang dicita-citakan Presiden Joko Widodo (Jokowi). ”Kita bisa berdaulat pangan di laut, pengembangan infrastruktur maritim dan kekuatan pertahanan maritim,” katanya.
Senada, Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Ade Supandi mengatakan, terkait dengan visi maritim, ada banyak alutsista milik TNI AL yang usianya sudah cukup tua sehingga perlu peremajaan dalam rencana strategi Minimum Essential Force(MEF). Ade mencontohkan, kapal-kapal patroli yang kondisinya sudah tua seperti fast patrol boat (kapal patroli cepat) serta kapal frigate dan korvet buatan Belanda.
”Ada beberapa alutsista yang usianya sudah tua yang harus diremajakan pada tahun ini. Contohnya, kapal frigate eks Belanda, itu kan buatan tahun 1967, ada enam kapal. Jadi, usianya kalau sekarang sudah 48 tahun,” kata Ade.
Dari sisi kelayakan, kata Ade, kapal tersebut masih dapat digunakan karena kemampuan apungnya masih bagus namun tetap harus mendapat perhatian. Karena itu, TNI AL sudah mengurangi tugas combat kapal tersebut. Ade mengakui, belum seluruhnya kapal frigate diremajakan.
Kendati demikian, dua kapal pengganti sedang dalam proses pembuatan oleh PT PAL. ”Kita juga sudah memasukkan tambahan empat. Karena itu, kita mengharapkan tidak berubah secara signifikan secara jumlah, tetapi kualitas. Jadi enam kapal ini, dua sudah dimulai, empat kita masukan dalam revisi MEF,” katanya.
Kapal yang juga kondisinya sudah tua adalah empat kapal korvet buatan Belanda. Kapal yang diproduksi pada tahun 1980 ini sudah berusia 35 tahun. Ade menyampaikan, dua dari empat kapal tersebut sedang mengalami perbaikan pada tahun ini. Perbaikan tersebut mencakup kemampuan apung, kemampuan tempur, dan sistem persenjataan, sehingga kapal tersebut bisa digunakan hingga 5–10 tahun ke depan. ”Kita membutuhkan 151 kapal, nantinya itu semua diisi oleh kapal-kapal baru sehingga posturnya utuh,” katanya.
Ade menambahkan, alutsista lainnya yang perlu diganti adalah pesawat udara untuk tactical maritime aircraft atau pesawat udara maritim taktis. Pesawat tersebut diperlukan untuk membantu kegiatan di laut. Termasuk, pengadaan 11 helikopter anti kapal selam (AKS).
”Kita ingin dihidupkan lagi skuadron pesawat AKS. Tahap pertama 11 helikopter. Apalagi, kapal kita konsepnya bahwa helikopter adalah bagian organik. Karenanya, semua kapal yang memiliki geladak akan dilengkapi helikopter sehingga punya kemampuan utuh untuk peperangan yakni, peperangan anti udara, peperangan anti kapal permukaan, dan peperangan anti kapal selam. Termasuk, dalam maritime surveilance dari kapalkapal itu sendiri,” ucapnya.
Begitu juga dengan kapal penyapu ranjau dan dua kapal selam milik TNI AL yang kini sudah tua. Ade menuturkan, dua kapal selam KRI Cakra 401 dan KRI Nanggala 402 sudah dioperasikan sejak 1980.
Pesawat Tempur Sukhoi Mana yang Terbaik, Su-35, Su-30MKI atau Su-30MKM ?
Beberapa negara pemilik pesawat tempur Sukhoi family mengklaim pesawat miliknya sebagai yang terbaik. Pada saat ini, diakui atau tidak, Sukhoi 30 MKI milik India dan Su-30 MKM miliki Malaysia merupakan pesawat Sukhoi terbaik di kelasnya.
Tapi bagaimana jika kemudian hadir lagi pesawat tempur Sukhoi terbaru, seperti Sukhoi 35 yang akan dimiliki China dan Indonesia? Manakah diantara pesawat tempur ini yang terbaik?.
Pesawat Sukhoi 35 dan Su 30 MKI atau Su-30 MKM adalah pesawat tempur yang dikembangkan dari teknologi pesawat tempur Su 27. Keduanya memiliki kemampuan tempur yang hampir sama. Sekarang kita lihat dulu kesamaan antara Su-30MKI, Su-30MKM dan Su-35S:
* Memiliki 12 cantelan rudal, bom dan roket.
* Daya angkut persenjataan hingga 8 ton
* Batas maksimal G 9
* Daya dorong Thrust Vectoring
* Dapat dipasang jammer eksternal dan semua jenis pod…dll
Su-30 MKM dan Su-30MKI adalah pesawat tempur dengan kemampuan dan performa yang identik sama dan seimbang, karena itu dalam diagram dibawah ini dijadikan satu.
Dan dibawah ini adalah kemampuan radar dan daya scannernya.
Dari diagram diatas terlihat perbedaan nyata kemampuan dari pesawat tempur Sukhoi 35, Su-30MKM dan Su-30 MKI.
Namun pada akhirnya, kecanggihan suatu mesin tempur masih tergantung pada manusia yang mengendalikannya.
TANK MEDIUM PINDAD
Tank medium KAPLAN FNSS-Pindad adalah tank modern yang juga dilengkapi dengan sistem manajemen medan perang dan sistem peringatan laser yang memberikan kesadaran taktis kepada komandan kendaraan.
Dengan meriam 105mm yang disediakan oleh CMI Cockerill 3105, daya tembak meriam ini memiliki tekanan tinggi dan autoloader tingkat advance. Berkat turret ini, tank medium KAPLAN memiliki kekuatan senjata yang tinggi meski bobotnya relatif rendah.
Dari foto diatas, bisa dilihat ketinggian dari tank medium ini.
Turret CMI Cockerill 3105 yang dipasangkan ke hull (body) Kaplan terlihat modern, memiliki siluet yang indah namun kokoh.
Inilah enaknya jika membangun tank sendiri (joint Production). Indonesia ke depannya tentu bisa membuat berbagai varian atau turunan dari Tank Medium Kaplan.
Turunan lain dari tank ini adalah Kaplan 30 Next Gen Armored Fighting Vehicle (NG-AFV) dengan kemampuan : Mission Specific Features, High Protection, Mechanized Armored Infantry, Special Mission Operations.
Tank Kaplan 30 Next Gen Armored Fighting Vehicle, bisa menggunakan berbagai turret dengan canon otomatis remote controlled 30mm. Untuk Turret jenis Teber memiliki kemampuan amunisi otomatis dual feed, 30mm dan 35mm. Kaplan 30 NG-AFV juga dilengkapi senjata mesin 7,62 mm co-axial dan sebagai Armored Fighting Vehicle, kendaraan tempur ini memiliki kemampuan tingkat tinggi untuk perlindungan balistik maupun ranjau. Kendaraan ini mampu mengangkut 8 prajurit untuk diantar ke medan perang.
Tank Kaplan 20
Rencananya ptototype tank medium FNSS-Pindad (Kaplan MT 105mm) akan hadir dalam parade militer HUT TNI tanggal 5 Oktober 2017. Dengan hadirnya tank medium Pindad ini, ke depannya tentu bisa diluncurkan varian lain seperti Kaplan 20 NG-AFV atau Kaplan 30 NG-AFV, sesuai dengan kebutuhan unit-unit pasukan yang ada.
Hadirnya tank buatan dalam negeri (joint production) ini, tentu akan mendongkrak kemampuan pertahanan Indonesia secara sighifikan. Indonesia bisa membuatnya, seberapa banyak yang dibutuhkan dan lebih jauh lagi bisa memodifikasi, sesuai dengan tuntutan kebutuhan yang ada.
KOHANUDNAS
Logo Kohanudnas |
Komando Pertahanan Udara Nasional disingkat Kohanudnas merupakan komando utama terpenting dalam kekuatan Markas Besar TNI. Kohanudnas berfungsi sebagai mata dan telinga yang mengawasi berbagai pergerakan pesawat udara yang melintasi wilayah Indonesia. Kohanudnas didirikan pada 9 Februari 1962. Sebagai pengawal keamanan wilayah Indonesia, dalam melaksanakan tugasnya Kohanudnas didukung oleh Satuan Radar TNI-AU yang ditempatkan di berbagai daerah. Selain itu Kohanudnas juga telah mengintegrasikan data dari radar-radar sipil di seluruh Indonesia.
Markas Komando Kohanudnas berada di Jl. Mustang 5 Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur.
Tugas Kohanudnas
Kohanudnas merupakan salah satu Kotama Tempur TNI Angkatan Udara yaitu Koopsau, Kohanudnas, dan Korpaskhas. Kohanudnas bertugas menyelenggarakan upaya pertahanan keamanan atas wilayah udara nasional secara mandiri ataupun bekerja sama dengan Komando Utama Operasional lainnya dalam rangka mewujudkan kedaulatan dan keutuhan serta kepentingan lain dari Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan menyelenggarakan pembinaan administrasi dan kesiapan operasi unsur-unsur Hanud TNI AU dan melaksanakan siaga operasi untuk unsur-unsur Hanud dalam jajarannya (Wing 100 Hanud Terminal/Menengah-Jauh Paskhas, Wing 200 Satuan Radar, Wing 300 Skadron-Skadron Udara Tempur Sergap, dan Wing 400 Hanud Titik Paskhas) dalam rangka mendukung tugas pokok TNI.Satuan Kohanudnas
Sekarang ini Kohanudnas memiliki empat Komando Sektor (Kosek) dan Pusdiklat Hanudnas, yaitu:- Kosek Hanudnas I di Jakarta
- Kosek Hanudnas II di Makassar
- Satuan Radar 221 di Ngliyep, Malang
- Satuan Radar 222 di Ploso, Jombang
- Satuan Radar 223 di Balikpapan
- Satuan Radar 224 di Kwandang, Gorontalo
- Satuan Radar 225 di Tarakan
- Kosek Hanudnas III di Medan
- Kosek Hanudnas IV di Biak (diresmikan KSAU pada 25 Maret 2004).
- Satuan Radar 241 (ex. 251) di Buraen, Kecamatan Amarasi Selatan, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur
- Satuan Radar 242 di Tanjung Warari, Biak
- Satuan Radar 243 di Timika, Papua
- Satuan Radar 244 di Merauke, Papua
- Satuan Radar 245 di Saumlaki, Maluku Tenggara Barat
- Pusdiklathanudnas di Surabaya
Sejarah
Setelah dibentuk, Kohanudgab memiliki peran yang besar dalam rangka pembebasan Irian Barat. Kohanudnas sendiri telah terbentuk sejak tanggal 9 Februari 1962, namun untuk merebut Irian Barat maka unsur Kohanudnas tergabung dalam Komando Pertahanan Udara Gabungan Mandala (Kohanudgabla) yang berada di bawah Komando Operasi Mandala (Kola), yang dibentuk pada tanggal 2 Januari 1962 dengan Panglima AU Mandala Kolonel Udara Leo Wattimena (naik menjadi Komodor Udara). Tugas Kohanudgab dalam operasi Trikora adalah merencanakan, mempersiapkan dan menyelenggarakan operasi-operasi militer dengan tujuan mengembalikan wilayah Irian Barat ke dalam kekuasaan Negara Republik Indonesia, dan mengembangkan situasi militer di wilayah Irian Barat sesuai militer di wilayah Irian Barat sesuai dengan taraf perjuangan di bidang diplomasi, agar dalam waktu sesingkat-singkatnya di wilayah Irian Barat secara de facto dapat diciptakan daerah bebas atau dapat didudukan unsur-unsur kekuasaan pemerintah daerah Republik Indonesia. Ada 4 unit Radar yang ditempatkan di Wilayah ADC II Kohanudgab yaitu 1 unit radar EW berada di Morotai, 1 unit radar EW berada di Ambon, 1 unit radar GCI/EW di Bula dan 1 unit radar EW berada di Langgur (pindah ke Letfuan) Di antara 4 unit radar, yang paling efektif dalam operasional adalah adalah radar di Bula dipimpinan Mayor Udara Aried Riyadi. Radar ini terletak di sebelah Timur Pulau Seram dan ditengah mandala operasi.Dalam Kola, unsur rudal belum dilibatkan, namun beberapa senjata banyak berperan untuk melindungi pasukan sendiri, mulai dari PSU (Penangkis Serangan Udara) dari AURI maupun ALRI, sampai dengan ARSU (Artileri Sasaran Udara). Di bawah kendali PSU sebanyak 3 batalyon, dan ARSU sebanyak 4 batalyon. Batalyon-batalyon ARSU tersebut adalah Batalyon Pattimura (tersebar di sekitar Pangkalan Udara di Morotai), Batalyon Amahai, Batalyon Laha dan Batalyon Letfuan. Senjata yang dimiliki berupa tripple gun kaliber 30 mm buatan Oerlikon di Swiss. Kohanudgab mengandalkan kekuatan KRI yang berada di Pulau Plang, Bitung dan Ambon. Mandala operasi laut berada di Laut Arafuru. ALRI mengerahkan beberapa jenis kapal cepat roket (fast rocket ship) sebanyak 12 kapal buatan Rusia, kapal anti kapal selam (sub chaser) buatan Yugoslavia, kemudian 4 kapal motor terpedo boat (MTB) ditambah 3 kapal LST (landing ship tank). Kapal-kapal tersebut beroperasi di daerah Dobo, Pulau Ujir, Pulau Kasir di Kepulauan Aru dan Tanjung Weda - Kepulauan Kei. Selama kegiatan operasi pangkalan kapal berada di Halong, Ambon, kemudian kekuatan Udara TNI AL berada di bagian Utara Pulau Ambon dengan 6 Pesawat Gannet dan 2 Pesawat Albatross. Pada saat itu, tidak semua KRI dilengkapi radar pertahanan udara, beberapa KRI hanya memiliki persenjataan meriam anti serangan udara. Selain itu, kekuatan KRI ini tidak dapat dimanfaatkan sebagai gap filler (pengisi celah kosong) bagi radar pertahanan udara. Sedang pesawat Gannet dan Albatross berfungsi untuk pengamanan KRI dan jalur pelayarannya.
Angkatan Udara Belanda (Militaire Luchtvaart) berusaha mempertahankan penjajahan di bumi Irian Barat, dan berpusat di Biak. Pada April 1960, Belanda semakin meningkatkan kekuatannya dengan menghadirkan kapal induk “Karel Doorman” untuk memperkuat Detasemen AU Belanda (Zcommando Luchtverdediging Nederlauds Nieuw/CLUNNG). Komposisi kekuatannya adalah 12 pesawat tempur Neptune P2V-7, 6 pesawat helicopter, 4 pesawat Dakota C-47, 2 unit radar Type 15 MK-IV (Early Warning). Dua Radar tersebut berada di Pulau Numfor Biak dan Pulau Raja Zumpat - Sorong. Radar EW dengan jarak jangkau 200 NM penempatannya telah dipersiapkan sejak tahun 1954. Sedang kekuatan pesawat buru sergap berada di Sorong, dengan wilayah patroli sepanjang garis pantai Selatan Irian Barat dan Sorong Fakfak-Kaimana hingga Merauke. Sedangkan wilayah operasi pertahanan udara berada di pantai Utara Irian Barat dari Sorong – Manukwari – Biak dan Jayapura. Selain 2 unit radar darat di atas, Belanda juga telah memasang sebuah Radar di Pulau Wundi dan diperkuat dengan Radar kapal perang. Hanud Kohanudgabla juga diperkuat dengan pesawat pembom strategis Tu-16 yang mampu menjangkau pusat konsentrasi kekuatan tempur Belanda yang berada di Biak. Pada operasi Trikora ini keunggulan udara berada di pihak Indonesia.
Panglima
Daftar panglima Kohanudnas:Peristiwa Bawean
Pada tanggal 2 Juli 2003 sekitar 11:38 Military Coordination Civil di Bandar Udara (Bandara) Ngurah Rai, Bali, menangkap pergerakan manuver beberapa pesawat asing di wilayah sebelah barat laut Pulau Bawean. Dalam pemantauan melalui radar, penerbangan gelap itu jumlahnya berubah-ubah antara empat pesawat kadang-kadang hingga sembilan pesawat yang melakukan manuver di atas Pulau Bawean tanpa memiliki izin perlintasan di lintasan udara (air way) Indonesia yang ada. (Indonesia memiliki lebih dari 1.000 perlintasan domestik dan 42 perlintasan internasional). Penerbangan gelap itu pun kadang berada di ketinggian 15.000 kaki, tetapi kadang naik sampai 30.500 kaki dengan kecepatan sampai 450 knot. Kemudian menghilang beberapa waktu dan setelah beberapa saat kemudian muncul kembali di daerah tersebut. Akibat manuver penerbangan gelap tersebut, sejumlah penerbangan sipil Indonesia yang melintas di wilayah tersebut mendapat gangguan, antara lain seperti penerbangan pesawat Bouraq dari Banjarmasin menuju Surabaya. Pilot pesawat Bouraq mengira itu pesawat tempur TNI AU sehingga hal tersebut dilaporkan ke Air Traffic Controller (ATC) di Bandara Juanda, Surabaya.Selain tidak memiliki izin, penerbangan gelap tersebut juga mencurigakan karena tidak mengadakan kontak radio sama sekali ke ATC yang berada di Bandara Soekarno-Hatta (Tangerang), Bandara Juanda (Surabaya), atau dengan ATC Bandara Ngurah Rai (Denpasar). Untuk itulah, setelah melalui perkembangan yang terekam, Panglima Kosek Hanudnas II Makassar Marsekal Pertama TNI Pandji Utama Iskaq memerintahkan satu penerbangan yang terdiri dari dua pesawat F-16 Fighting Falcon I dari Skadron Udara 3 Lanud Iswahyudi, Madiun, untuk melaksanakan identifikasi visual. Sekitar pukul 18.15, kedua pesawat F-16 TNI AU mendarat kembali di Lanud Iswahyudi setelah menyergap dan memperingati kelima pesawat F-18 Hornet, yang mengaku dari US Navy yang tengah mengawal armada Navy yang mengarah ke timur melalui perairan internasional. Setelah penyergapan tersebut, kelima pesawat F-18 Hornet tersebut langsung pergi menjauh.
Rencana Kedepan
Kohanudnas merupakan ujung tombak Kotama Operasional TNI AU yang bertugas melaksanakan Penegakan hukum di Udara dan mengatur seluruh potensi kekuatan udara bangsa indonesia. Terkait kekuatan minimum yang diperlukan Kohanudnas sebagai salah satu Ujung Tombak TNI AU dalam operasi Pertahanan Udara maka Kohanudnas diharapkan segera menghidupkan kembali 3 Wing dan ditambah 2 wing yang sudah terbentuk saat ini yaitu Wing 200 Radar dan Wing 400 Hanud Titik Paskhas sehingga diharapkan menjadi 4 Wing yang berada di bawah Kohanudnas, terdiri dari :- Wing/Resimen 100 Peluncur Rudal menengah/jauh Paskhas (next) :
- Yon 101 peluncur rudal Paskhas Kohanudnas wilayah Kosekhanudnas I
- Yon 102 peluncur rudal Paskhas Kohanudnas wilayah Kosekhanudnas II
- Yon 103 peluncur rudal Paskhas Kohanudnas wilayah Kosekhanudnas III
- Yon 104 peluncur rudal Paskhas Kohanudnas wilayah Kosekhanudnas IV
- Yon 105 Pemeliharaan
- Wing 200 Satuan Radar Kohanudnas, rencana 32 Satrad :
- Kosek Hanudnas I Jakarta :
- Satrad 211
- Satrad 212
- Satrad 213
- Satrad 214
- Satrad 215
- Satrad 216
- Satrad 217
- Satrad 218
- Kosek Hanudnas II Makassar :
- Satrad 221
- Satrad 222
- Satrad 223
- Satrad 224
- Satrad 225
- Satrad 226
- Satrad 227
- Satrad 228
- Kosek Hanudnas III Medan :
- Satrad 231
- Satrad 232
- Satrad 233
- Satrad 234
- Satrad 235
- Satrad 236
- Satrad 237
- Satrad 238
- Kosek Hanudnas IV Biak :
- Satrad 241
- Satrad 242
- Satrad 243
- Satrad 244
- Satrad 245
- Satrad 246
- Satrad 247
- Satrad 248
- Kosek Hanudnas I Jakarta :
- Wing 300 Buru Sergap Kohanudnas (next):
- Skadron Udara 301 Buru Sergap wilayah Kosekhanudnas I
- Skadron Udara 302 Buru Sergap wilayah Kosekhanudnas II
- Skadron Udara 303 Buru Sergap wilayah Kosekhanudnas III
- Skadron Udara 304 Buru Sergap wilayah Kosekhanudnas IV
- Wing/Resimen 400 Hanud Titik Paskhas :
- Den Hanud 471 Paskhas Lanuma Halim Perdana Kusuma Jakarta
- Den Hanud 472 Paskhas Lanuma Hasanudin Makassar
- Den Hanud 473 Paskhas Lanuma Supadio Pontianak
- Den Hanud 474 Paskhas Lanuma Adisutjipto Yogyakarta
- Den Hanud 475 Paskhas Lanuma Rusmin Nuryadin Pekanbaru (next)
- Den Hanud 476 Paskhas Lanuma Suwondo Medan (next)
- Den Hanud 477 Paskhas Lanuma Iswahyudi Madiun (next)
- Den Hanud 478 Paskhas Lanuma Husein Sastranegara Bandung (next)
- Den Hanud 479 Paskhas Lanuma Manuhua Biak (next)
- Pusdiklat Hanudnas Surabaya
Kamis, 09 Maret 2017
KODIKLAT TNI AD
Logo Kodiklatad TNI-AD |
Komando Pembinaan Doktrin, Pendidikan dan Latihan TNI Angkatan Darat
Komando Pembina Doktrin, Pendidikan dan Latihan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (Kodiklat TNI-AD) merupakan Komando Utama pembinaan TNI Angkatan Darat yang berkedudukan langsung di bawah Kasad dan bertempat di Bandung. Tugas pokok Kodiklat adalah menyelenggarakan Pembinaan Doktrin/sistem operasi matra darat, pendidikan dan latihan TNI AD.
Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, Kodiklat menyelenggarakan fungsi utama sebagai berikut:
- Pembinaan doktrin. Meliputi segala usaha pekerjaan dan kegiatan di bidang penelitian dan pengembangan Doktrin/Sistem Operasi Matra Darat beserta petunjuk jabarannya, Organisasi pembinaan TNI AD serta evaluasi sistem Operasi Matra Darat di daerah latihan dan operasi.
- Pembinaan Pendidikan. Meliputi segala usaha pekerjaan dan kegiatan di bidang penelitian dan pengembangan sistem pendidikan TNI AD, menyelenggarakan pendidikan kecuali Pendidikan yang diselenggarakan di Seskoad, Akmil, Secapa, Pusdikpasus, Rindam, Instek dan Akper serta melaksanakan LKT pendidikan pada Lemdik TNI AD di luar Kodiklat TNI AD
- Pembinaan Latihan. Meliputi segala usaha pekerjaan dan kegiatan di cidang penelitian dan pengembangan sistem latihan TNI AD, menyelenggarakan latihan yang dibebankan pada Kodiklat TNI AD serta melaksanakan LKT latihan yang diselenggarakan oleh Kotama TNI AD.
Sejarah
Berdirinya Kodiklat TNI AD, diawali dengan didirikannya Direktorat Infanteri tahun 1950, selanjutnya tahun 1951 dirubah menjadi Direktorat Pendidikan Angkatan Darat yang disingkat DPAD. Kemudian pada tahun 1956 diresmikan menjadi Inspektorat Djenderal Pendidikan dan Latihan yang disempurnakan menjadi KOPLAT. Seiring reorganisasi dalam tubuh ABRI maka dilebur dan dibentuk menjadi KOBANGDIKLAT, yang selanjutnya dilikuidasi menjadi PUSBANGSISOPS dan PUSBINDIK sebagai Badan Pelaksana Pusat. PUSBANGSISOPS dan PUSBINDIK dipandang lebih efektif jika dikoordinir menjadi satu Satuan sehingga melalui Skep Kasad Nomor Skep/454/XI/1994 tanggal 17 November 1994 maka dibentuklah Kodiklat TNI AD.[1]Dibawah Komando Kodiklat
Kodiklat membawahi diantaranya adalah:- Pusat Kesenjataan Infanteri (Pussenif) di Bandung,
- Pusat Kesenjataan Kavaleri (Pussenkav) di Bandung,
- Pusat Kesenjataan Artileri Pertahanan Udara (Pussenarhanud) di Cimahi,
- Pusat Kesenjataan Artileri Medan (Pussenarmed) di Cimahi,
- Pusat Latihan Tempur TNI AD (Puslatpur TNI AD) di Baturaja,
- Pusat Simulasi Tempur TNI AD (Pussimpur TNI AD) di Bandung,
- Pusdik Kecabangan:
- Pusat Pendidikan Infanteri (Pusdikif) di Bandung
- Pusat Pendidikan Kavaleri (Pusdikkav) di Padalarang
- Pusat Pendidikan Artileri Pertahanan Udara (Pusdikarhanud) di Malang
- Pusat Pendidikan Artileri Medan (Pusdikarmed) di Cimahi
- Pusat Pendidikan Korps Wanita TNI AD (Pusdikkowad) di Lembang
- Pusat Pendidikan Keuangan (Pusdikku) di Bandung
- Pusat Pendidikan Jasmani (Pusdikjas) di Cimahi
- Pusat Pendidikan Polisi Militer (Pusdikpom) di Cimahi
- Pusat Pendidikan Perhubungan (Pusdikhub) di Cimahi
- Pusat Pendidikan Teritorial (Pusdikter) di Bandung Barat
- Pusat Pendidikan Pembekalan Angkutan (Pusdikbekang) di Cimahi
- Pusat Pendidikan Peralatan (Pusdikpal) di Cimahi
- Pusat Pendidikan Topografi (Pusdiktop) di Bandung
- Pusat Pendidikan Zeni (Pusdikzi) di Bogor
- Pusat Pendidikan Kesehatan (Pusdikkes) di Jakarta
- Pusat Pendidikan Intelijen (Pusdikintel) di Bogor
- Pusat Pendidikan Ajudan Jenderal (Pusdikajen) di Lembang
- Pusat Pendidikan Hukum (Pusdikkum) di Jakarta
- Pusat Pendidikan Pengetahuan Militer Umum (Pusdikpengmilum) di Cimahi
- Pusat Pendidikan Penerbang Angkatan Darat (Pusdikpenerbad) di Semarang
- Lembaga Pengkajian Teknologi/STTAD (Lemjiantek) di Bandung
Komandan
- Mayor Jenderal TNI A.M. Hendropriyono (2 Nopember 1994 - 15 September 1996)
- Mayor Jenderal TNI Achfas Mufti (15 September 1996 - 16 Juli 1997)
- Mayor Jenderal TNI Luhut Binsar Panjaitan (16 Juli 1997 - 1 Oktober 1998)
- Letnan Jenderal TNI Sumardi (1 Oktober 1998 - 16 Juni 2000)
- Letnan Jenderal TNI Amir Sembiring (16 Juni 2000 -17 Oktober 2001)
- Letnan Jenderal TNI Syahrir MS (17 Oktober 2001 - 24 Juli 2002)
- Letnan Jenderal TNI Darsono (24 Juli 2002 - 9 Juni 2003)
- Letnan Jenderal TNI Hadi Waluyo (9 Juni 2003 - 5 Nopember 2004)
- Letnan Jenderal TNI Cornel Simbolon (5 Nopember 2004 - 29 Oktober 2007)
- Letnan Jenderal TNI Bambang Darmono (29 Oktober 2007 - 17 Oktober 2008)
- Letnan Jenderal TNI Syaiful Rizal psc, S.Ip (17 Oktober 2008 - 21 Juni 2010)
- Letnan Jenderal TNI Budiman (21 Juni 2010 - 26 April 2011)
- Letnan Jenderal TNI Marciano Norman (26 April 2011 - 18 Oktober 2011)
- Letnan Jenderal TNI Gatot Nurmantyo (18 Oktober 2011 - 3 Juni 2013)
- Letnan Jenderal TNI Lodewijk Freidrich Paulus (3 Juni 2013 - 25 Juli 2015)
- Letnan Jenderal TNI Agus Sutomo (25 Juli 2015 - 1 Februari 2016)[2]
- Letnan Jenderal TNI Agus Kriswanto (26 Januari 2016 - Sekarang)[3]
Senin, 06 Maret 2017
PROFILE BAIS TNI
Badan Intelijen Strategis
Badan Intelijen Strategis (disingkat BAIS TNI) adalah organisasi yang khusus menangani intelijen kemiliteran dan berada di bawah komando Markas Besar Tentara Nasional Indonesia.[1]
BAIS bertugas untuk menyuplai analisis-analisis intelijen dan strategis
yang aktual maupun perkiraan ke depan -biasa disebut jangka pendek,
jangka menengah, dan jangka panjang- kepada Panglima TNI dan Departemen Pertahanan.[2]Markas BAIS terletak di kawasan Kalibata, Pancoran, Jakarta Selatan.
Sejarah
PSiAD
BAIS berawal dari Pusat Psikologi Angkatan Darat (disingkat PSiAD) milik Markas Besar Angkatan Darat (MBAD) untuk mengimbangi Biro Pusat Intelijen (BPI) di bawah pimpinan Subandrio, yang banyak menyerap PKI.[3]Pusintelstrat
Di awal Orde Baru, Dephankam mendirikan Pusat Intelijen Strategis (disingkat Pusintelstrat) dengan anggota-anggota PSiAD sebagian besar dilikuidasi ke dalamnya.[3]Pusintelstrat dipimpin oleh Ketua G-I Hankam Brigjen L.B. Moerdani. Jabatan tersebut terus dipegang sampai L.B. Moerdani menjadi Panglima ABRI. Pada era ini, intelijen militer memiliki badan intelijen operasional yang bernama Satgas Intelijen Kopkamtib. Badan inilah yang di era Kopkamtib berperan penuh sebagai Satuan Intelijen Operasional yang kewenangannya sangat superior.[3]
Badan Intelijen ABRI (BIA)
Tahun 1980, Pusintelstrat dan Satgas Intel Kopkamtib dilebur menjadi Badan Intelijen ABRI (disingkat BIA). Jabatan Kepala BIA dipegang oleh Panglima ABRI, sedangkan kegiatan operasional BIA dipimpin oleh Wakil Kepala.[3]Badan Intelijen Strategis (BAIS)
Tahun 1986 untuk menjawab tantangan keadaan BIA diubah menjadi BAIS. Perubahan ini berdampak kepada restrukturisasi organisasi yang harus mampu mencakup dan menganalisis semua aspek Strategis Pertahanan Keamanan dan Pembangunan Nasional. [3]Kembali ke BIA dan BAIS
Belum lagi restrukturisasi dilaksanakan, terjadi lagi perubahan di mana Bais dikembalikan menjadi BIA, yang artinya secara formal lembaga ini hanya melakukan operasi intelijen militer.[3]Jabatan Ka BIA kemudian tidak lagi dirangkap oleh Panglima ABRI. Perubahan kembali dari Bais menjadi BIA, dapat dianggap sebagai bagian dari kampanye de-Benisasi (menghilangkan pengaruh LB Moerdani). Kekuatan politik dominan di era akhir tahun 1980-an berpendapat bahwa Bais masih berada dalam pengaruh L.B. Moerdani yang pada waktu itu sudah pensiun. Isu berkembang subur, karena sampai tahun 1987 L.B. Moerdani masih memiliki ruang di Kompleks BAIS (Tebet, Jakarta Selatan), dan dia sering tidur di sana.[3]
Tahun 1999, BIA kembali menjadi BAIS TNI.[3]
Organisasi
Kepala BAIS
BAIS dipimpin oleh seorang perwira tinggi berbintang dua. Mereka yang pernah menjadi Kepala BAIS (Ka BAIS) diantaranya adalah:- Brigadir Jenderal TNI L.B. Moerdani
- Letnan Jenderal TNI Tyasno Sudarto
- Mayor Jenderal TNI Sutaryo
- Laksamana Pertama TNI Mulyo Wibisono
- Marsekal Madya TNI Ian Santoso
- Mayor Jenderal TNI Syamsir Siregar
- Mayor Jenderal TNI Farid Zaenudin
- Mayor Jenderal TNI (Mar) Muhammad Lutfie[4]
- Mayor Jenderal TNI Syafnil Armen, S.Ip, S.H, M.Sc[5]
- Mayor Jenderal TNI Anshory Tadjudin
- Laksamana Muda TNI Soleman B. Ponto
- Mayor Jenderal TNI M Erwin Syafitri
- Mayor Jenderal TNI Yayat Sudrajat
- Mayor Jenderal TNI Hartomo
Satuan Induk BAIS TNI
BAIS memiliki satuan militer yang disebut Satuan Induk Badan Intelijen Strategis - Tentara Nasional Indonesia ( disingkat: SatInduk BAIS - TNI ) yang bermarkas di Cilendek Barat, Bogor Barat, Bogor, Jawa Barat.[6]SatInduk BAIS - TNI dipimpin oleh seorang Komandan yang berpangkat Brigadir Jenderal ( disingkat: Brigjen ).Komandan Satuan Induk BAIS TNI
- Brigadir Jenderal TNI Herry Ramlan J.
- Brigadir Jenderal TNI Joni Supriyanto
- Brigadir Jenderal TNI Andjar Wiratma
- Brigadir Jenderal TNI H Dedi Sambowo
Lingkup Kerja Satuan Induk BAIS TNI
A. Pendidikan Intelejensi
- Pendidikan Dasar
- Pendidikan Lanjutan
- Pendidikan Strategis
B. Pembinaan Fungsi Intelejensi
- Penyelidikan
- Pengamanan
- Material / Assets
- Personil
- Berita / Informasi
- Penggalangan / Pembinaan
C. Pembinaan / Penyediaan Sumber Daya Manusia di Lingkungan TNI
PROFILE KOHARMATAU
Logo Koharmatau |
Komando Pemeliharaan Materiil Angkatan Udara
Komando Pemeliharaan Materiil Angkatan Udara atau (Koharmatau) adalah Kotama Fungsional TNI Angkatan Udara
yang bertugas melaksanakan pemeliharaan dan produksi materiil TNI
Angkatan Udara serta pemeliharaan/perbekalan senjata dan amunisi udara.
Seiring dengan perjalanan waktu, akhirnya pada tanggal 13 Januari 1994 dikeluarkan Keputusan Kasau Nomor: Kep/01/I/1994 tentang Hari Jadi Koharmatau yang peringatannya dilaksanakan setiap 16 Agustus.
Sejarah
Pada tanggal 16 Agustus 1963 berdasarkan Keputusan Menteri/Panglima Angkatan Udara Nomor : 38 tahun 1963 secara resmi berdiri Komando Logistik Angkatan Udara yang dikenal dengan nama KOLOGAU adalah merupakan cikal bakal Komando Pemeliharaan Materiil TNI Angkatan Udara atau disingkat KOHARMATAU.[1] Pada awal pertumbuhannya KOLOGAU mempunyai unsur-unsur pelaksana dibawahnya yang terdiri atas 8 Depot Teknik dan 5 Depot Materiil. Selanjutnya organisasi ini mengalami perubahan dan perkembangan guna menyesuaikan dengan pesatnya perkembangan teknologi saat itu agar senantiasa tetap mampu berbakti dan memenuhi tuntutan tugas dalam memelihara kesiapan Alat Utama Sistem Senjata pada tingkat kesiapan yang paling tinggi.Perubahan pertama kali terjadi pada tahun 1966, yaitu dengan keluarnya Surat Keputusan Menteri/Panglima Angkatan Udara nomor 45 tahun 1966, pada tingkat pelaksana terjadi perubahan, satuan pelaksana menjadi 8 Wing Logistik disingkat Winglog. Pada tahun 1972, berdasarkan Keputusan Kepala Staf TNI AU nomor 11 tahun 1972 tanggal 13 Maret 1972, Susunan Organisasi Kologau berubah kembali. Perubahan yang terlihat jelas adalah Winglog berubah menjadi Depot Logistik yang disingkat Polog dan satuan dibawahnya Skadron Teknik (Skatek) diubah menjadi Satuan Pemeliharaan (Sathar), Skadron Materiil (Skamat) diubah menjadi Satuan Pembekalan (Satkal) serta terjadi penambahan satuan baru yaitu Pabrik Zat Asam Husein disingkat Pazam Husein dan Unit Percetakan. Berikutnya dengan adanya penyempurnaan pada Pokok-pokok Organisasi dan Prosedur dalam tubuh TNI AU yang tertuang dalam Keputusan Menhankan/Pangab Nomor : Kep/14/IV/1976 tanggal 13 April 1976, maka Komando Logistik Angkatan Udara juga mengalami penyempurnaan dalam susunan organisasinya. Perubahan terjadi berdasarkan Skep Kasau Nomor : Kep/19/V/1978 tanggal 27 Mei 1978, Kologau berubah menjadi Komando Materiil Alat Utama Sistem Senjata Udara yang disingkat Komatau. Komatau adalah Komando Utama (Kotama) Fungsional TNI AU berkedudukan langsung dibawah Kasau. Komatau dipimpin oleh Komandan Jenderal Komatau. Perubahan lain yang perlu diketahui adalah perubahan kembali pada satuan pelaksana, yaitu POLOG berubah menjadi Wing Materiil (Wingmat), Sathar menjadi Skatek, kemudian Satkal menjadi Skamat.
Sejalan terbentuknya Skadron Pemeliharaan Avionik 01 dan 02 pada tahun 1983, maka terbentuklah Dinas Avionik pada tingkat Markas di Komatau berdasarkan keputusan Kasau Nomor : Kep/06/V/1983 tanggal 7 Mei 1983. Dengan masuknya pula Skadron Pemeliharaan (Skadhar) Avionik 01 dan 02 didalam jajaran Komatau, selanjutnya sesuai kemampuan yang dimiliki Skadhar Avionik ditingkatkan menjadi Sub Depo Avionik 01 dan 02. Berdasarkan Keputusan Kasau Nomor : Skep/24/III/1985, anggal 11 Maret 1985 tentang Pokok-pokok Organisasi dan prosedur (POP) maka terjadi perubahan POP dalam sistem organisasi Komatau. Perubahan yang mendasar tersebut adalah Sistem Staf Umum berubah menjadi Sistem Direktorat ditingkat Markas. Dengan terjadinya perubahan organisasi tersebut, Komando Materiil Pemeliharaan Alat Utama Senjata Udara (Komatau) berubah menjadi Komando Pemeliharan Dan Pembekalan Materiil TNI Angkatan Udara yang disingkat dengan Koharmatau. Koharmatau adalah sebagai Komando Fungsional TNI AU yang berkedudukan langsung dibawah Kasau dengan tugas pokoknya menyelenggarakan dan melaksanakan pemeliharaan materiil, pembekalan dan produksi materiil TNI AU. Pada tahun 1987, POP Koharmatau mengalami perubahan kembali sesuai dengan Keputusan Kasau Nomor: Kep/39/III/1987 tanggal 30 Maret 1987. Sistem yang dianut masih menggunakan sistem Direktorat, namun Fungsi Pemeliharaan dan Pembekalan dipisah. Fungsi Pembekalan ditarik ke Mabesau dan selanjutnya Koharmatau menyelenggarakan dan melaksanakan pemeliharaan tingkat berat saja. Keluarnya Kep Kasau nomor: Kep/39/III/1987, merubah Komando Pemeliharaan dan Pembekalan Materiil TNI AU (Koharmatau) menjadi Komando Pemeliharaan Materiil TNI AU (Koharmatau).
Satuan
Koharmatau membawahi tujuh Depo Pemeliharaan (Depohar) dan 23 Satuan Pemeliharaan (Sathar).- Satuan Pemeliharaan 11
- Satuan Pemeliharaan 12
- Satuan Pemeliharaan 13
- Satuan Pemeliharaan 15
- Satuan Pemeliharaan 16
- Satuan Pemeliharaan 21
- Satuan Pemeliharaan 22
- Satuan Pemeliharaan 23
- Satuan Pemeliharaan 31
- Satuan Pemeliharaan 32
- Satuan Pemeliharaan 33
- Satuan Pemeliharaan 41
- Satuan Pemeliharaan 42
- Satuan Pemeliharaan 51
- Satuan Pemeliharaan 52
- Satuan Pemeliharaan 53
- Satuan Pemeliharaan 61
- Satuan Gudang 62
- Satuan Gudang 63
- Satuan Pemeliharaan 64
- Satuan Pemeliharaan 71
- Satuan Pemeliharaan 72
- Satuan Pemeliharaan 73
Komandan Koharmatau Dari Masa Ke Masa
- Komodor Udara Budiardjo (1963-1964)
- Komodor Udara Antonius Andoko (1964-1966)
- Komodor Udara Sutopo (1966-1966)
- Komodor Udara Sulaiman (1966-1966)
- Komodor Udara R. Suyatmo (1966-1966)
- Komodor Udara Suryono H.S. (1966-1968)
- Marsda TNI Untung Suwignjo (1968-1976)
- Marsda TNI D.R. Kamarudin (1976-1982)
- Marsda TNI Benjamin Parwoto (1982-1984)
- Marsda TNI Moh. Besar (1984-1986)
- Marsda TNI Ateng Suwarsono (1986-1987)
- Marsda TNI Isbandi G. (1987-1989)
- Marsda TNI Dadi Sukardi (1989-1991)
- Marsda TNI Sugiarto (1991-1992)
- Marsda TNI Achmadi, SE, S.IP. (1992-1995)
- Marsda TNI Ir. M. Sadeli Kalman (1995-1996)
- Marsda TNI Sjaiful Karti Munaf, S.E. (1996-1998)
- Marsda TNI Sampurno Budiman, S.E. (1998-1999)
- Marsda TNI Iskak Karmanto (1999-2000)
- Marsda TNI Mashadi Muljadi (2000-2002)
- Marsda TNI Sudjarwo SP, S.E, S.IP. (2002-2004)
- Marsda TNI Suko Kuntjoro, S.IP. (2004-2007)
- Marsda TNI Sunaryo H.W. (2007-2009)
- Marsda TNI Ferdinand Alex Myne (2009-2011)
- Marsda TNI Waliyo, M.Sc. (2011-2012)
- Marsda TNI Sumarno (2012-2015)
- Marsda TNI Hasan Londang (2015-2015)
- Marsda TNI Nugroho Prang Sumadi (2015-2015)
- Marsda TNI Robert Soter Marut, M.Sc (2015-2016)
- Marsda TNI Haryoko, S.E., (2016-Sekarang)
Langganan:
Postingan (Atom)