Senin, 25 September 2017

TNI AL Pesan 4 Tambahan Kapal Frigate Sigma

Desain Frigate PKR Sigma TNI AL
Desain Frigate PKR Sigma TNI AL

Jakarta – Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu menegaskan akan mengganti seluruh alat utama sistem persenjataan (alutsista) yang usianya sudah tua . Langkah tersebut diambil guna meningkatkan kualitas persenjataan TNI.

”Jadi, yang lama diganti barang-barangnya. Laut yang usianya 40 tahun, udara 30 tahun. Nggak ada nambah nambah, cukuplah. Sudah kuat kita ini,” ujarnya di Markas Besar TNI AD, Jalan Veteran, Jakarta Pusat. Mantan KSAD ini mengakui, dengan pertahanan yang kuat, maka Bangsa Indonesia bisa mandiri di bidang ekonomi dan mampu menjaga sumber daya alam maritim.
Termasuk, mendukung Program Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia yang dicita-citakan Presiden Joko Widodo (Jokowi). ”Kita bisa berdaulat pangan di laut, pengembangan infrastruktur maritim dan kekuatan pertahanan maritim,” katanya. 

Senada, Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Ade Supandi mengatakan, terkait dengan visi maritim, ada banyak alutsista milik TNI AL yang usianya sudah cukup tua sehingga perlu peremajaan dalam rencana strategi Minimum Essential Force(MEF). Ade mencontohkan, kapal-kapal patroli yang kondisinya sudah tua seperti fast patrol boat (kapal patroli cepat) serta kapal frigate dan korvet buatan Belanda.

”Ada beberapa alutsista yang usianya sudah tua yang harus diremajakan pada tahun ini. Contohnya, kapal frigate eks Belanda, itu kan buatan tahun 1967, ada enam kapal. Jadi, usianya kalau sekarang sudah 48 tahun,” kata Ade. 

Pengerjaan PKR Sigma pertama TNI AL di Belanda
Pengerjaan PKR Sigma pertama TNI AL di Belanda

Dari sisi kelayakan, kata Ade, kapal tersebut masih dapat digunakan karena kemampuan apungnya masih bagus namun tetap harus mendapat perhatian. Karena itu, TNI AL sudah mengurangi tugas combat kapal tersebut. Ade mengakui, belum seluruhnya kapal frigate diremajakan. 

Kendati demikian, dua kapal pengganti sedang dalam proses pembuatan oleh PT PAL. ”Kita juga sudah memasukkan tambahan empat. Karena itu, kita mengharapkan tidak berubah secara signifikan secara jumlah, tetapi kualitas. Jadi enam kapal ini, dua sudah dimulai, empat kita masukan dalam revisi MEF,” katanya. 
 
Kapal yang juga kondisinya sudah tua adalah empat kapal korvet buatan Belanda. Kapal yang diproduksi pada tahun 1980 ini sudah berusia 35 tahun. Ade menyampaikan, dua dari empat kapal tersebut sedang mengalami perbaikan pada tahun ini. Perbaikan tersebut mencakup kemampuan apung, kemampuan tempur, dan sistem persenjataan, sehingga kapal tersebut bisa digunakan hingga 5–10 tahun ke depan. ”Kita membutuhkan 151 kapal, nantinya itu semua diisi oleh kapal-kapal baru sehingga posturnya utuh,” katanya. 

Pengerjaan Kapal PKR Sigma kedua TNI AL di Surabaya
Pengerjaan Kapal PKR Sigma kedua TNI AL di Surabaya

Ade menambahkan, alutsista lainnya yang perlu diganti adalah pesawat udara untuk tactical maritime aircraft atau pesawat udara maritim taktis. Pesawat tersebut diperlukan untuk membantu kegiatan di laut. Termasuk, pengadaan 11 helikopter anti kapal selam (AKS). 

”Kita ingin dihidupkan lagi skuadron pesawat AKS. Tahap pertama 11 helikopter. Apalagi, kapal kita konsepnya bahwa helikopter adalah bagian organik. Karenanya, semua kapal yang memiliki geladak akan dilengkapi helikopter sehingga punya kemampuan utuh untuk peperangan yakni, peperangan anti udara, peperangan anti kapal permukaan, dan peperangan anti kapal selam. Termasuk, dalam maritime surveilance dari kapalkapal itu sendiri,” ucapnya. 

Begitu juga dengan kapal penyapu ranjau dan dua kapal selam milik TNI AL yang kini sudah tua. Ade menuturkan, dua kapal selam KRI Cakra 401 dan KRI Nanggala 402 sudah dioperasikan sejak 1980.

Pesawat Tempur Sukhoi Mana yang Terbaik, Su-35, Su-30MKI atau Su-30MKM ?


Pesawat tempur Sukhoi 35

Beberapa negara pemilik pesawat tempur Sukhoi family mengklaim pesawat miliknya sebagai yang terbaik. Pada saat ini, diakui atau tidak, Sukhoi 30 MKI milik India dan Su-30 MKM miliki Malaysia merupakan pesawat Sukhoi terbaik di kelasnya.

Tapi bagaimana jika kemudian hadir lagi pesawat tempur Sukhoi terbaru, seperti Sukhoi 35 yang akan dimiliki China dan Indonesia? Manakah diantara pesawat tempur ini yang terbaik?.
Pesawat Sukhoi 35 dan Su 30 MKI atau Su-30 MKM adalah pesawat tempur yang dikembangkan dari teknologi pesawat tempur Su 27. Keduanya memiliki kemampuan tempur yang hampir sama. Sekarang kita lihat dulu kesamaan antara Su-30MKI, Su-30MKM dan Su-35S:
* Memiliki 12 cantelan rudal, bom dan roket.
* Daya angkut persenjataan hingga 8 ton
* Batas maksimal G 9
* Daya dorong Thrust Vectoring
* Dapat dipasang jammer eksternal dan semua jenis pod…dll

Su-30 MKM dan Su-30MKI adalah pesawat tempur dengan kemampuan dan performa yang identik sama dan seimbang, karena itu dalam diagram dibawah ini dijadikan satu.



2

Dan dibawah ini adalah kemampuan radar dan daya scannernya.

1

Dari diagram diatas terlihat perbedaan nyata kemampuan dari pesawat tempur Sukhoi 35, Su-30MKM dan Su-30 MKI.
Namun pada akhirnya, kecanggihan suatu mesin tempur masih tergantung pada manusia yang mengendalikannya.

TANK MEDIUM PINDAD


Tank Medium Kaplan 105mm (Tim Fish @sweeneygov)

Tank medium KAPLAN FNSS-Pindad adalah tank modern yang juga dilengkapi dengan sistem manajemen medan perang dan sistem peringatan laser yang memberikan kesadaran taktis kepada komandan kendaraan.
Dengan meriam 105mm yang disediakan oleh CMI Cockerill 3105, daya tembak meriam ini memiliki tekanan tinggi dan autoloader tingkat advance. Berkat turret ini, tank medium KAPLAN memiliki kekuatan senjata yang tinggi meski bobotnya relatif rendah.


Tank Medium Kaplan 105mm (Tim Fish @sweeneygov)

Tank ini memiliki kemampuan tembakan langsung yang akurat, berbagai pilihan amunisi mulai dari dukungan tembakan (close fire support) hingga amunisi anti-tank. Tank ini juga memiliki mobilitas taktis dan strategi yang superior. 


Tank Medium Kaplan (FNSS Savunma)

Dari foto diatas, bisa dilihat ketinggian dari tank medium ini.




Tank Medium Kaplan (FNSS Savunma)

Turret CMI Cockerill 3105 yang dipasangkan ke hull (body) Kaplan terlihat modern, memiliki siluet yang indah namun kokoh.
Video di atas, merupakan detil singkat dari kemampuan tank medium Kaplan FNSS-Pindad
Inilah enaknya jika membangun tank sendiri (joint Production). Indonesia ke depannya tentu bisa membuat berbagai varian atau turunan dari Tank Medium Kaplan.
Turunan lain dari tank ini adalah Kaplan 30 Next Gen Armored Fighting Vehicle (NG-AFV) dengan kemampuan : Mission Specific Features, High Protection, Mechanized Armored Infantry, Special Mission Operations.



Tank Kaplan 30 (FNSS Savunma @FNSS_Savunma)


Kaplan 30 NG-AFV  Teber (MILITARY TECHNOLOGY @MILTECH1)

Tank Kaplan 30 Next Gen Armored Fighting Vehicle, bisa menggunakan berbagai turret dengan canon otomatis remote controlled 30mm. Untuk Turret jenis Teber memiliki kemampuan amunisi otomatis dual feed, 30mm dan 35mm. Kaplan 30 NG-AFV juga dilengkapi senjata mesin 7,62 mm co-axial dan sebagai Armored Fighting Vehicle, kendaraan tempur ini memiliki kemampuan tingkat tinggi untuk perlindungan balistik maupun ranjau. Kendaraan ini mampu mengangkut 8 prajurit untuk diantar ke medan perang.

Versi lain dari tank ini adalah Kaplan 20 yang terdiri dari dua varian, dengan turret canon 20mm atau senjata mesin RCWS 12,7mm sebagai senjata utama, sesuai kebutuhan.  Kendaraan ini diawaki 3 orang (Komandan, Driver dan Gunner), serta bisa mengangkut 8 pasukan infanteri full equipment. Tank Kaplan 20 berkemampuan amfibi berkat didorong oleh dua water jet.


Kaplan 20 (FNSS Savunma @FNSS_Savunma)



Kaplan 20 dengan RCWS 12,7mm (Tim Fish @sweeneygov)

Tank Kaplan 20
Rencananya ptototype tank medium FNSS-Pindad (Kaplan MT 105mm) akan hadir dalam parade militer HUT TNI tanggal 5 Oktober 2017. Dengan hadirnya tank medium Pindad ini, ke depannya tentu bisa diluncurkan varian lain seperti Kaplan 20 NG-AFV atau Kaplan 30 NG-AFV, sesuai dengan kebutuhan unit-unit pasukan yang ada.
Hadirnya tank buatan dalam negeri (joint production) ini, tentu akan mendongkrak kemampuan pertahanan Indonesia secara sighifikan. Indonesia bisa membuatnya, seberapa banyak yang dibutuhkan dan lebih jauh lagi bisa memodifikasi, sesuai dengan tuntutan kebutuhan yang ada.

KOHANUDNAS

Logo Kohanudnas

Komando Pertahanan Udara Nasional disingkat Kohanudnas merupakan komando utama terpenting dalam kekuatan Markas Besar TNI. Kohanudnas berfungsi sebagai mata dan telinga yang mengawasi berbagai pergerakan pesawat udara yang melintasi wilayah Indonesia. Kohanudnas didirikan pada 9 Februari 1962. Sebagai pengawal keamanan wilayah Indonesia, dalam melaksanakan tugasnya Kohanudnas didukung oleh Satuan Radar TNI-AU yang ditempatkan di berbagai daerah. Selain itu Kohanudnas juga telah mengintegrasikan data dari radar-radar sipil di seluruh Indonesia.
Markas Komando Kohanudnas berada di Jl. Mustang 5 Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur.

 

Tugas Kohanudnas

Kohanudnas merupakan salah satu Kotama Tempur TNI Angkatan Udara yaitu Koopsau, Kohanudnas, dan Korpaskhas. Kohanudnas bertugas menyelenggarakan upaya pertahanan keamanan atas wilayah udara nasional secara mandiri ataupun bekerja sama dengan Komando Utama Operasional lainnya dalam rangka mewujudkan kedaulatan dan keutuhan serta kepentingan lain dari Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan menyelenggarakan pembinaan administrasi dan kesiapan operasi unsur-unsur Hanud TNI AU dan melaksanakan siaga operasi untuk unsur-unsur Hanud dalam jajarannya (Wing 100 Hanud Terminal/Menengah-Jauh Paskhas, Wing 200 Satuan Radar, Wing 300 Skadron-Skadron Udara Tempur Sergap, dan Wing 400 Hanud Titik Paskhas) dalam rangka mendukung tugas pokok TNI.

 

Satuan Kohanudnas

Sekarang ini Kohanudnas memiliki empat Komando Sektor (Kosek) dan Pusdiklat Hanudnas, yaitu:

 

Sejarah

Setelah dibentuk, Kohanudgab memiliki peran yang besar dalam rangka pembebasan Irian Barat. Kohanudnas sendiri telah terbentuk sejak tanggal 9 Februari 1962, namun untuk merebut Irian Barat maka unsur Kohanudnas tergabung dalam Komando Pertahanan Udara Gabungan Mandala (Kohanudgabla) yang berada di bawah Komando Operasi Mandala (Kola), yang dibentuk pada tanggal 2 Januari 1962 dengan Panglima AU Mandala Kolonel Udara Leo Wattimena (naik menjadi Komodor Udara). Tugas Kohanudgab dalam operasi Trikora adalah merencanakan, mempersiapkan dan menyelenggarakan operasi-operasi militer dengan tujuan mengembalikan wilayah Irian Barat ke dalam kekuasaan Negara Republik Indonesia, dan mengembangkan situasi militer di wilayah Irian Barat sesuai militer di wilayah Irian Barat sesuai dengan taraf perjuangan di bidang diplomasi, agar dalam waktu sesingkat-singkatnya di wilayah Irian Barat secara de facto dapat diciptakan daerah bebas atau dapat didudukan unsur-unsur kekuasaan pemerintah daerah Republik Indonesia. Ada 4 unit Radar yang ditempatkan di Wilayah ADC II Kohanudgab yaitu 1 unit radar EW berada di Morotai, 1 unit radar EW berada di Ambon, 1 unit radar GCI/EW di Bula dan 1 unit radar EW berada di Langgur (pindah ke Letfuan) Di antara 4 unit radar, yang paling efektif dalam operasional adalah adalah radar di Bula dipimpinan Mayor Udara Aried Riyadi. Radar ini terletak di sebelah Timur Pulau Seram dan ditengah mandala operasi.
Dalam Kola, unsur rudal belum dilibatkan, namun beberapa senjata banyak berperan untuk melindungi pasukan sendiri, mulai dari PSU (Penangkis Serangan Udara) dari AURI maupun ALRI, sampai dengan ARSU (Artileri Sasaran Udara). Di bawah kendali PSU sebanyak 3 batalyon, dan ARSU sebanyak 4 batalyon. Batalyon-batalyon ARSU tersebut adalah Batalyon Pattimura (tersebar di sekitar Pangkalan Udara di Morotai), Batalyon Amahai, Batalyon Laha dan Batalyon Letfuan. Senjata yang dimiliki berupa tripple gun kaliber 30 mm buatan Oerlikon di Swiss. Kohanudgab mengandalkan kekuatan KRI yang berada di Pulau Plang, Bitung dan Ambon. Mandala operasi laut berada di Laut Arafuru. ALRI mengerahkan beberapa jenis kapal cepat roket (fast rocket ship) sebanyak 12 kapal buatan Rusia, kapal anti kapal selam (sub chaser) buatan Yugoslavia, kemudian 4 kapal motor terpedo boat (MTB) ditambah 3 kapal LST (landing ship tank). Kapal-kapal tersebut beroperasi di daerah Dobo, Pulau Ujir, Pulau Kasir di Kepulauan Aru dan Tanjung Weda - Kepulauan Kei. Selama kegiatan operasi pangkalan kapal berada di Halong, Ambon, kemudian kekuatan Udara TNI AL berada di bagian Utara Pulau Ambon dengan 6 Pesawat Gannet dan 2 Pesawat Albatross. Pada saat itu, tidak semua KRI dilengkapi radar pertahanan udara, beberapa KRI hanya memiliki persenjataan meriam anti serangan udara. Selain itu, kekuatan KRI ini tidak dapat dimanfaatkan sebagai gap filler (pengisi celah kosong) bagi radar pertahanan udara. Sedang pesawat Gannet dan Albatross berfungsi untuk pengamanan KRI dan jalur pelayarannya.
Angkatan Udara Belanda (Militaire Luchtvaart) berusaha mempertahankan penjajahan di bumi Irian Barat, dan berpusat di Biak. Pada April 1960, Belanda semakin meningkatkan kekuatannya dengan menghadirkan kapal induk “Karel Doorman” untuk memperkuat Detasemen AU Belanda (Zcommando Luchtverdediging Nederlauds Nieuw/CLUNNG). Komposisi kekuatannya adalah 12 pesawat tempur Neptune P2V-7, 6 pesawat helicopter, 4 pesawat Dakota C-47, 2 unit radar Type 15 MK-IV (Early Warning). Dua Radar tersebut berada di Pulau Numfor Biak dan Pulau Raja Zumpat - Sorong. Radar EW dengan jarak jangkau 200 NM penempatannya telah dipersiapkan sejak tahun 1954. Sedang kekuatan pesawat buru sergap berada di Sorong, dengan wilayah patroli sepanjang garis pantai Selatan Irian Barat dan Sorong Fakfak-Kaimana hingga Merauke. Sedangkan wilayah operasi pertahanan udara berada di pantai Utara Irian Barat dari Sorong – Manukwari – Biak dan Jayapura. Selain 2 unit radar darat di atas, Belanda juga telah memasang sebuah Radar di Pulau Wundi dan diperkuat dengan Radar kapal perang. Hanud Kohanudgabla juga diperkuat dengan pesawat pembom strategis Tu-16 yang mampu menjangkau pusat konsentrasi kekuatan tempur Belanda yang berada di Biak. Pada operasi Trikora ini keunggulan udara berada di pihak Indonesia.

 

Panglima

Daftar panglima Kohanudnas:
No. Nama Dari Sampai
1. Laksamana Muda Udara H.M.Soedjono 1962 1966
2. Laksamana Muda Udara L.W.J.Wattimena 1966 1967
3. Laksamana Muda Udara Roesmin Noerjadin 1967 1969
4. Marsekal Muda TNI Sudjatmiko 1969 1973
5. Marsekal Muda TNI Suwondo 1973 1978
6. Marsekal Muda TNI Iskandar 1978 1984
7. Marsekal Muda TNI Hartono 1984 1987
8. Marsekal Muda TNI Ateng Suarsono 1987 1989
9. Marsekal Muda TNI Isbandi Gondosuwignyo 1989 1991
10. Marsekal Muda TNI Subagyo 1991 1993
11. Marsekal Muda TNI F.X. Soejitno 1993 1995
12. Marsekal Muda TNI Irawan Saleh 1995 1997
13. Marsekal Muda TNI M. Koesbeni 1997 1999
14. Marsekal Muda TNI Sonny Rizani 1999 2000
15. Marsekal Muda TNI Wartoyo 2000 2001
16. Marsekal Muda TNI Zeky Ambadar 2001 2002
17. Marsekal Muda TNI Achmad Hasan Sadjad 2002 2003
18. Marsekal Muda TNI Wresniwiro 2003 2003
19. Marsekal Muda TNI Faustinus Djoko Poerwoko 2003 2006
20. Marsekal Muda TNI Eris Heriyanto, S.Ip, M.A 2006 2007
21. Marsekal Muda TNI Pandji Utama Iskaq, S.Ip 2007 2008
22. Marsekal Muda TNI Drajat Rahardjo, S.Ip 2008 2010
23. Marsekal Muda TNI Eddy Suyanto, S.T 2010 2011
24. Marsekal Muda TNI Johnny FP. Sitompul 2011 2012
25. Marsekal Muda TNI F. Henry Bambang Soelistyo 2012 2013
26. Marsekal Muda TNI Hadiyan Sumintaatmadja 18 Februari 2013 26 Oktober 2015
26. Marsekal Muda TNI Abdul Muis 26 Oktober 2015 23 Februari 2017
27. Marsekal Muda TNI Yuyu Sutisna, S.E. M.M. 23 Februari 2017 Sekarang

 

Peristiwa Bawean

Pada tanggal 2 Juli 2003 sekitar 11:38 Military Coordination Civil di Bandar Udara (Bandara) Ngurah Rai, Bali, menangkap pergerakan manuver beberapa pesawat asing di wilayah sebelah barat laut Pulau Bawean. Dalam pemantauan melalui radar, penerbangan gelap itu jumlahnya berubah-ubah antara empat pesawat kadang-kadang hingga sembilan pesawat yang melakukan manuver di atas Pulau Bawean tanpa memiliki izin perlintasan di lintasan udara (air way) Indonesia yang ada. (Indonesia memiliki lebih dari 1.000 perlintasan domestik dan 42 perlintasan internasional). Penerbangan gelap itu pun kadang berada di ketinggian 15.000 kaki, tetapi kadang naik sampai 30.500 kaki dengan kecepatan sampai 450 knot. Kemudian menghilang beberapa waktu dan setelah beberapa saat kemudian muncul kembali di daerah tersebut. Akibat manuver penerbangan gelap tersebut, sejumlah penerbangan sipil Indonesia yang melintas di wilayah tersebut mendapat gangguan, antara lain seperti penerbangan pesawat Bouraq dari Banjarmasin menuju Surabaya. Pilot pesawat Bouraq mengira itu pesawat tempur TNI AU sehingga hal tersebut dilaporkan ke Air Traffic Controller (ATC) di Bandara Juanda, Surabaya.
Selain tidak memiliki izin, penerbangan gelap tersebut juga mencurigakan karena tidak mengadakan kontak radio sama sekali ke ATC yang berada di Bandara Soekarno-Hatta (Tangerang), Bandara Juanda (Surabaya), atau dengan ATC Bandara Ngurah Rai (Denpasar). Untuk itulah, setelah melalui perkembangan yang terekam, Panglima Kosek Hanudnas II Makassar Marsekal Pertama TNI Pandji Utama Iskaq memerintahkan satu penerbangan yang terdiri dari dua pesawat F-16 Fighting Falcon I dari Skadron Udara 3 Lanud Iswahyudi, Madiun, untuk melaksanakan identifikasi visual. Sekitar pukul 18.15, kedua pesawat F-16 TNI AU mendarat kembali di Lanud Iswahyudi setelah menyergap dan memperingati kelima pesawat F-18 Hornet, yang mengaku dari US Navy yang tengah mengawal armada Navy yang mengarah ke timur melalui perairan internasional. Setelah penyergapan tersebut, kelima pesawat F-18 Hornet tersebut langsung pergi menjauh.

 

Rencana Kedepan

Kohanudnas merupakan ujung tombak Kotama Operasional TNI AU yang bertugas melaksanakan Penegakan hukum di Udara dan mengatur seluruh potensi kekuatan udara bangsa indonesia. Terkait kekuatan minimum yang diperlukan Kohanudnas sebagai salah satu Ujung Tombak TNI AU dalam operasi Pertahanan Udara maka Kohanudnas diharapkan segera menghidupkan kembali 3 Wing dan ditambah 2 wing yang sudah terbentuk saat ini yaitu Wing 200 Radar dan Wing 400 Hanud Titik Paskhas sehingga diharapkan menjadi 4 Wing yang berada di bawah Kohanudnas, terdiri dari :
  1. Wing/Resimen 100 Peluncur Rudal menengah/jauh Paskhas (next) :
    1. Yon 101 peluncur rudal Paskhas Kohanudnas wilayah Kosekhanudnas I
    2. Yon 102 peluncur rudal Paskhas Kohanudnas wilayah Kosekhanudnas II
    3. Yon 103 peluncur rudal Paskhas Kohanudnas wilayah Kosekhanudnas III
    4. Yon 104 peluncur rudal Paskhas Kohanudnas wilayah Kosekhanudnas IV
    5. Yon 105 Pemeliharaan
  2. Wing 200 Satuan Radar Kohanudnas, rencana 32 Satrad :
    1. Kosek Hanudnas I Jakarta :
      1. Satrad 211
      2. Satrad 212
      3. Satrad 213
      4. Satrad 214
      5. Satrad 215
      6. Satrad 216
      7. Satrad 217
      8. Satrad 218
    2. Kosek Hanudnas II Makassar :
      1. Satrad 221
      2. Satrad 222
      3. Satrad 223
      4. Satrad 224
      5. Satrad 225
      6. Satrad 226
      7. Satrad 227
      8. Satrad 228
    3. Kosek Hanudnas III Medan :
      1. Satrad 231
      2. Satrad 232
      3. Satrad 233
      4. Satrad 234
      5. Satrad 235
      6. Satrad 236
      7. Satrad 237
      8. Satrad 238
    4. Kosek Hanudnas IV Biak :
      1. Satrad 241
      2. Satrad 242
      3. Satrad 243
      4. Satrad 244
      5. Satrad 245
      6. Satrad 246
      7. Satrad 247
      8. Satrad 248
  3. Wing 300 Buru Sergap Kohanudnas (next):
    1. Skadron Udara 301 Buru Sergap wilayah Kosekhanudnas I
    2. Skadron Udara 302 Buru Sergap wilayah Kosekhanudnas II
    3. Skadron Udara 303 Buru Sergap wilayah Kosekhanudnas III
    4. Skadron Udara 304 Buru Sergap wilayah Kosekhanudnas IV
  4. Wing/Resimen 400 Hanud Titik Paskhas :
    1. Den Hanud 471 Paskhas Lanuma Halim Perdana Kusuma Jakarta
    2. Den Hanud 472 Paskhas Lanuma Hasanudin Makassar
    3. Den Hanud 473 Paskhas Lanuma Supadio Pontianak
    4. Den Hanud 474 Paskhas Lanuma Adisutjipto Yogyakarta
    5. Den Hanud 475 Paskhas Lanuma Rusmin Nuryadin Pekanbaru (next)
    6. Den Hanud 476 Paskhas Lanuma Suwondo Medan (next)
    7. Den Hanud 477 Paskhas Lanuma Iswahyudi Madiun (next)
    8. Den Hanud 478 Paskhas Lanuma Husein Sastranegara Bandung (next)
    9. Den Hanud 479 Paskhas Lanuma Manuhua Biak (next)
  5. Pusdiklat Hanudnas Surabaya
Untuk mendukung dan memaksimalkan pertahanan udara maka perlu adanya integrasi dengan Den Hanud Arhanud PSU Paskhas yang terdapat di tiap Lanuma/Lanud dan 40 Pangkalan Udara (sudah ada).

Kamis, 09 Maret 2017

KODIKLAT TNI AD

Logo Kodiklatad TNI-AD

Komando Pembinaan Doktrin, Pendidikan dan Latihan TNI Angkatan Darat

 

Komando Pembina Doktrin, Pendidikan dan Latihan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (Kodiklat TNI-AD) merupakan Komando Utama pembinaan TNI Angkatan Darat yang berkedudukan langsung di bawah Kasad dan bertempat di Bandung. Tugas pokok Kodiklat adalah menyelenggarakan Pembinaan Doktrin/sistem operasi matra darat, pendidikan dan latihan TNI AD.
Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, Kodiklat menyelenggarakan fungsi utama sebagai berikut:
  1. Pembinaan doktrin. Meliputi segala usaha pekerjaan dan kegiatan di bidang penelitian dan pengembangan Doktrin/Sistem Operasi Matra Darat beserta petunjuk jabarannya, Organisasi pembinaan TNI AD serta evaluasi sistem Operasi Matra Darat di daerah latihan dan operasi.
  2. Pembinaan Pendidikan. Meliputi segala usaha pekerjaan dan kegiatan di bidang penelitian dan pengembangan sistem pendidikan TNI AD, menyelenggarakan pendidikan kecuali Pendidikan yang diselenggarakan di Seskoad, Akmil, Secapa, Pusdikpasus, Rindam, Instek dan Akper serta melaksanakan LKT pendidikan pada Lemdik TNI AD di luar Kodiklat TNI AD
  3. Pembinaan Latihan. Meliputi segala usaha pekerjaan dan kegiatan di cidang penelitian dan pengembangan sistem latihan TNI AD, menyelenggarakan latihan yang dibebankan pada Kodiklat TNI AD serta melaksanakan LKT latihan yang diselenggarakan oleh Kotama TNI AD.

Sejarah

Berdirinya Kodiklat TNI AD, diawali dengan didirikannya Direktorat Infanteri tahun 1950, selanjutnya tahun 1951 dirubah menjadi Direktorat Pendidikan Angkatan Darat yang disingkat DPAD. Kemudian pada tahun 1956 diresmikan menjadi Inspektorat Djenderal Pendidikan dan Latihan yang disempurnakan menjadi KOPLAT. Seiring reorganisasi dalam tubuh ABRI maka dilebur dan dibentuk menjadi KOBANGDIKLAT, yang selanjutnya dilikuidasi menjadi PUSBANGSISOPS dan PUSBINDIK sebagai Badan Pelaksana Pusat. PUSBANGSISOPS dan PUSBINDIK dipandang lebih efektif jika dikoordinir menjadi satu Satuan sehingga melalui Skep Kasad Nomor Skep/454/XI/1994 tanggal 17 November 1994 maka dibentuklah Kodiklat TNI AD.[1]

Dibawah Komando Kodiklat

Kodiklat membawahi diantaranya adalah:
  1. Pusat Kesenjataan Infanteri (Pussenif) di Bandung,
  2. Pusat Kesenjataan Kavaleri (Pussenkav) di Bandung,
  3. Pusat Kesenjataan Artileri Pertahanan Udara (Pussenarhanud) di Cimahi,
  4. Pusat Kesenjataan Artileri Medan (Pussenarmed) di Cimahi,
  5. Pusat Latihan Tempur TNI AD (Puslatpur TNI AD) di Baturaja,
  6. Pusat Simulasi Tempur TNI AD (Pussimpur TNI AD) di Bandung,
  7. Pusdik Kecabangan:
    1. Pusat Pendidikan Infanteri (Pusdikif) di Bandung
    2. Pusat Pendidikan Kavaleri (Pusdikkav) di Padalarang
    3. Pusat Pendidikan Artileri Pertahanan Udara (Pusdikarhanud) di Malang
    4. Pusat Pendidikan Artileri Medan (Pusdikarmed) di Cimahi
    5. Pusat Pendidikan Korps Wanita TNI AD (Pusdikkowad) di Lembang
    6. Pusat Pendidikan Keuangan (Pusdikku) di Bandung
    7. Pusat Pendidikan Jasmani (Pusdikjas) di Cimahi
    8. Pusat Pendidikan Polisi Militer (Pusdikpom) di Cimahi
    9. Pusat Pendidikan Perhubungan (Pusdikhub) di Cimahi
    10. Pusat Pendidikan Teritorial (Pusdikter) di Bandung Barat
    11. Pusat Pendidikan Pembekalan Angkutan (Pusdikbekang) di Cimahi
    12. Pusat Pendidikan Peralatan (Pusdikpal) di Cimahi
    13. Pusat Pendidikan Topografi (Pusdiktop) di Bandung
    14. Pusat Pendidikan Zeni (Pusdikzi) di Bogor
    15. Pusat Pendidikan Kesehatan (Pusdikkes) di Jakarta
    16. Pusat Pendidikan Intelijen (Pusdikintel) di Bogor
    17. Pusat Pendidikan Ajudan Jenderal (Pusdikajen) di Lembang
    18. Pusat Pendidikan Hukum (Pusdikkum) di Jakarta
    19. Pusat Pendidikan Pengetahuan Militer Umum (Pusdikpengmilum) di Cimahi
    20. Pusat Pendidikan Penerbang Angkatan Darat (Pusdikpenerbad) di Semarang
    21. Lembaga Pengkajian Teknologi/STTAD (Lemjiantek) di Bandung

Komandan

  1. Mayor Jenderal TNI A.M. Hendropriyono (2 Nopember 1994 - 15 September 1996)
  2. Mayor Jenderal TNI Achfas Mufti (15 September 1996 - 16 Juli 1997)
  3. Mayor Jenderal TNI Luhut Binsar Panjaitan (16 Juli 1997 - 1 Oktober 1998)
  4. Letnan Jenderal TNI Sumardi (1 Oktober 1998 - 16 Juni 2000)
  5. Letnan Jenderal TNI Amir Sembiring (16 Juni 2000 -17 Oktober 2001)
  6. Letnan Jenderal TNI Syahrir MS (17 Oktober 2001 - 24 Juli 2002)
  7. Letnan Jenderal TNI Darsono (24 Juli 2002 - 9 Juni 2003)
  8. Letnan Jenderal TNI Hadi Waluyo (9 Juni 2003 - 5 Nopember 2004)
  9. Letnan Jenderal TNI Cornel Simbolon (5 Nopember 2004 - 29 Oktober 2007)
  10. Letnan Jenderal TNI Bambang Darmono (29 Oktober 2007 - 17 Oktober 2008)
  11. Letnan Jenderal TNI Syaiful Rizal psc, S.Ip (17 Oktober 2008 - 21 Juni 2010)
  12. Letnan Jenderal TNI Budiman (21 Juni 2010 - 26 April 2011)
  13. Letnan Jenderal TNI Marciano Norman (26 April 2011 - 18 Oktober 2011)
  14. Letnan Jenderal TNI Gatot Nurmantyo (18 Oktober 2011 - 3 Juni 2013)
  15. Letnan Jenderal TNI Lodewijk Freidrich Paulus (3 Juni 2013 - 25 Juli 2015)
  16. Letnan Jenderal TNI Agus Sutomo (25 Juli 2015 - 1 Februari 2016)[2]
  17. Letnan Jenderal TNI Agus Kriswanto (26 Januari 2016 - Sekarang)[3]

 

Senin, 06 Maret 2017

PROFILE BAIS TNI

Badan Intelijen Strategis

Badan Intelijen Strategis (disingkat BAIS TNI) adalah organisasi yang khusus menangani intelijen kemiliteran dan berada di bawah komando Markas Besar Tentara Nasional Indonesia.[1] BAIS bertugas untuk menyuplai analisis-analisis intelijen dan strategis yang aktual maupun perkiraan ke depan -biasa disebut jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang- kepada Panglima TNI dan Departemen Pertahanan.[2]Markas BAIS terletak di kawasan Kalibata, Pancoran, Jakarta Selatan.

Sejarah

 

PSiAD

BAIS berawal dari Pusat Psikologi Angkatan Darat (disingkat PSiAD) milik Markas Besar Angkatan Darat (MBAD) untuk mengimbangi Biro Pusat Intelijen (BPI) di bawah pimpinan Subandrio, yang banyak menyerap PKI.[3]

Pusintelstrat

Di awal Orde Baru, Dephankam mendirikan Pusat Intelijen Strategis (disingkat Pusintelstrat) dengan anggota-anggota PSiAD sebagian besar dilikuidasi ke dalamnya.[3]
Pusintelstrat dipimpin oleh Ketua G-I Hankam Brigjen L.B. Moerdani. Jabatan tersebut terus dipegang sampai L.B. Moerdani menjadi Panglima ABRI. Pada era ini, intelijen militer memiliki badan intelijen operasional yang bernama Satgas Intelijen Kopkamtib. Badan inilah yang di era Kopkamtib berperan penuh sebagai Satuan Intelijen Operasional yang kewenangannya sangat superior.[3]

Badan Intelijen ABRI (BIA)

Tahun 1980, Pusintelstrat dan Satgas Intel Kopkamtib dilebur menjadi Badan Intelijen ABRI (disingkat BIA). Jabatan Kepala BIA dipegang oleh Panglima ABRI, sedangkan kegiatan operasional BIA dipimpin oleh Wakil Kepala.[3]

Badan Intelijen Strategis (BAIS)

Tahun 1986 untuk menjawab tantangan keadaan BIA diubah menjadi BAIS. Perubahan ini berdampak kepada restrukturisasi organisasi yang harus mampu mencakup dan menganalisis semua aspek Strategis Pertahanan Keamanan dan Pembangunan Nasional. [3]

Kembali ke BIA dan BAIS

Belum lagi restrukturisasi dilaksanakan, terjadi lagi perubahan di mana Bais dikembalikan menjadi BIA, yang artinya secara formal lembaga ini hanya melakukan operasi intelijen militer.[3]
Jabatan Ka BIA kemudian tidak lagi dirangkap oleh Panglima ABRI. Perubahan kembali dari Bais menjadi BIA, dapat dianggap sebagai bagian dari kampanye de-Benisasi (menghilangkan pengaruh LB Moerdani). Kekuatan politik dominan di era akhir tahun 1980-an berpendapat bahwa Bais masih berada dalam pengaruh L.B. Moerdani yang pada waktu itu sudah pensiun. Isu berkembang subur, karena sampai tahun 1987 L.B. Moerdani masih memiliki ruang di Kompleks BAIS (Tebet, Jakarta Selatan), dan dia sering tidur di sana.[3]
Tahun 1999, BIA kembali menjadi BAIS TNI.[3]

 

Organisasi

 

Kepala BAIS

BAIS dipimpin oleh seorang perwira tinggi berbintang dua. Mereka yang pernah menjadi Kepala BAIS (Ka BAIS) diantaranya adalah:
  1. Brigadir Jenderal TNI L.B. Moerdani
  2. Letnan Jenderal TNI Tyasno Sudarto
  3. Mayor Jenderal TNI Sutaryo
  4. Laksamana Pertama TNI Mulyo Wibisono
  5. Marsekal Madya TNI Ian Santoso
  6. Mayor Jenderal TNI Syamsir Siregar
  7. Mayor Jenderal TNI Farid Zaenudin
  8. Mayor Jenderal TNI (Mar) Muhammad Lutfie[4]
  9. Mayor Jenderal TNI Syafnil Armen, S.Ip, S.H, M.Sc[5]
  10. Mayor Jenderal TNI Anshory Tadjudin
  11. Laksamana Muda TNI Soleman B. Ponto
  12. Mayor Jenderal TNI M Erwin Syafitri
  13. Mayor Jenderal TNI Yayat Sudrajat
  14. Mayor Jenderal TNI Hartomo

Satuan Induk BAIS TNI

BAIS memiliki satuan militer yang disebut Satuan Induk Badan Intelijen Strategis - Tentara Nasional Indonesia ( disingkat: SatInduk BAIS - TNI ) yang bermarkas di Cilendek Barat, Bogor Barat, Bogor, Jawa Barat.[6]SatInduk BAIS - TNI dipimpin oleh seorang Komandan yang berpangkat Brigadir Jenderal ( disingkat: Brigjen ).

 

Komandan Satuan Induk BAIS TNI

  1. Brigadir Jenderal TNI Herry Ramlan J.
  2. Brigadir Jenderal TNI Joni Supriyanto
  3. Brigadir Jenderal TNI Andjar Wiratma
  4. Brigadir Jenderal TNI H Dedi Sambowo
Saat ini Komandan Satuan Induk BAIS TNI (disingkat: DanSatInduk BAIS TNI), dijabat oleh Brigadir Jenderal TNI H Dedi Sambowo.

 

Lingkup Kerja Satuan Induk BAIS TNI

A. Pendidikan Intelejensi
  1. Pendidikan Dasar
  2. Pendidikan Lanjutan
  3. Pendidikan Strategis
B. Pembinaan Fungsi Intelejensi
  1. Penyelidikan
  2. Pengamanan
    • Material / Assets
    • Personil
    • Berita / Informasi
  3. Penggalangan / Pembinaan
C. Pembinaan / Penyediaan Sumber Daya Manusia di Lingkungan TNI
 

PROFILE KOHARMATAU

Logo Koharmatau

Komando Pemeliharaan Materiil Angkatan Udara

Komando Pemeliharaan Materiil Angkatan Udara atau (Koharmatau) adalah Kotama Fungsional TNI Angkatan Udara yang bertugas melaksanakan pemeliharaan dan produksi materiil TNI Angkatan Udara serta pemeliharaan/perbekalan senjata dan amunisi udara. Seiring dengan perjalanan waktu, akhirnya pada tanggal 13 Januari 1994 dikeluarkan Keputusan Kasau Nomor: Kep/01/I/1994 tentang Hari Jadi Koharmatau yang peringatannya dilaksanakan setiap 16 Agustus.

 

Sejarah

Pada tanggal 16 Agustus 1963 berdasarkan Keputusan Menteri/Panglima Angkatan Udara Nomor : 38 tahun 1963 secara resmi berdiri Komando Logistik Angkatan Udara yang dikenal dengan nama KOLOGAU adalah merupakan cikal bakal Komando Pemeliharaan Materiil TNI Angkatan Udara atau disingkat KOHARMATAU.[1] Pada awal pertumbuhannya KOLOGAU mempunyai unsur-unsur pelaksana dibawahnya yang terdiri atas 8 Depot Teknik dan 5 Depot Materiil. Selanjutnya organisasi ini mengalami perubahan dan perkembangan guna menyesuaikan dengan pesatnya perkembangan teknologi saat itu agar senantiasa tetap mampu berbakti dan memenuhi tuntutan tugas dalam memelihara kesiapan Alat Utama Sistem Senjata pada tingkat kesiapan yang paling tinggi.
Perubahan pertama kali terjadi pada tahun 1966, yaitu dengan keluarnya Surat Keputusan Menteri/Panglima Angkatan Udara nomor 45 tahun 1966, pada tingkat pelaksana terjadi perubahan, satuan pelaksana menjadi 8 Wing Logistik disingkat Winglog. Pada tahun 1972, berdasarkan Keputusan Kepala Staf TNI AU nomor 11 tahun 1972 tanggal 13 Maret 1972, Susunan Organisasi Kologau berubah kembali. Perubahan yang terlihat jelas adalah Winglog berubah menjadi Depot Logistik yang disingkat Polog dan satuan dibawahnya Skadron Teknik (Skatek) diubah menjadi Satuan Pemeliharaan (Sathar), Skadron Materiil (Skamat) diubah menjadi Satuan Pembekalan (Satkal) serta terjadi penambahan satuan baru yaitu Pabrik Zat Asam Husein disingkat Pazam Husein dan Unit Percetakan. Berikutnya dengan adanya penyempurnaan pada Pokok-pokok Organisasi dan Prosedur dalam tubuh TNI AU yang tertuang dalam Keputusan Menhankan/Pangab Nomor : Kep/14/IV/1976 tanggal 13 April 1976, maka Komando Logistik Angkatan Udara juga mengalami penyempurnaan dalam susunan organisasinya. Perubahan terjadi berdasarkan Skep Kasau Nomor : Kep/19/V/1978 tanggal 27 Mei 1978, Kologau berubah menjadi Komando Materiil Alat Utama Sistem Senjata Udara yang disingkat Komatau. Komatau adalah Komando Utama (Kotama) Fungsional TNI AU berkedudukan langsung dibawah Kasau. Komatau dipimpin oleh Komandan Jenderal Komatau. Perubahan lain yang perlu diketahui adalah perubahan kembali pada satuan pelaksana, yaitu POLOG berubah menjadi Wing Materiil (Wingmat), Sathar menjadi Skatek, kemudian Satkal menjadi Skamat.
Sejalan terbentuknya Skadron Pemeliharaan Avionik 01 dan 02 pada tahun 1983, maka terbentuklah Dinas Avionik pada tingkat Markas di Komatau berdasarkan keputusan Kasau Nomor : Kep/06/V/1983 tanggal 7 Mei 1983. Dengan masuknya pula Skadron Pemeliharaan (Skadhar) Avionik 01 dan 02 didalam jajaran Komatau, selanjutnya sesuai kemampuan yang dimiliki Skadhar Avionik ditingkatkan menjadi Sub Depo Avionik 01 dan 02. Berdasarkan Keputusan Kasau Nomor : Skep/24/III/1985, anggal 11 Maret 1985 tentang Pokok-pokok Organisasi dan prosedur (POP) maka terjadi perubahan POP dalam sistem organisasi Komatau. Perubahan yang mendasar tersebut adalah Sistem Staf Umum berubah menjadi Sistem Direktorat ditingkat Markas. Dengan terjadinya perubahan organisasi tersebut, Komando Materiil Pemeliharaan Alat Utama Senjata Udara (Komatau) berubah menjadi Komando Pemeliharan Dan Pembekalan Materiil TNI Angkatan Udara yang disingkat dengan Koharmatau. Koharmatau adalah sebagai Komando Fungsional TNI AU yang berkedudukan langsung dibawah Kasau dengan tugas pokoknya menyelenggarakan dan melaksanakan pemeliharaan materiil, pembekalan dan produksi materiil TNI AU. Pada tahun 1987, POP Koharmatau mengalami perubahan kembali sesuai dengan Keputusan Kasau Nomor: Kep/39/III/1987 tanggal 30 Maret 1987. Sistem yang dianut masih menggunakan sistem Direktorat, namun Fungsi Pemeliharaan dan Pembekalan dipisah. Fungsi Pembekalan ditarik ke Mabesau dan selanjutnya Koharmatau menyelenggarakan dan melaksanakan pemeliharaan tingkat berat saja. Keluarnya Kep Kasau nomor: Kep/39/III/1987, merubah Komando Pemeliharaan dan Pembekalan Materiil TNI AU (Koharmatau) menjadi Komando Pemeliharaan Materiil TNI AU (Koharmatau).

 

Satuan

Koharmatau membawahi tujuh Depo Pemeliharaan (Depohar) dan 23 Satuan Pemeliharaan (Sathar).
  1. Satuan Pemeliharaan 11
  2. Satuan Pemeliharaan 12
  3. Satuan Pemeliharaan 13
  4. Satuan Pemeliharaan 15
  5. Satuan Pemeliharaan 16
  1. Satuan Pemeliharaan 21
  2. Satuan Pemeliharaan 22
  3. Satuan Pemeliharaan 23
  1. Satuan Pemeliharaan 31
  2. Satuan Pemeliharaan 32
  3. Satuan Pemeliharaan 33
  1. Satuan Pemeliharaan 41
  2. Satuan Pemeliharaan 42
  1. Satuan Pemeliharaan 51
  2. Satuan Pemeliharaan 52
  3. Satuan Pemeliharaan 53
  1. Satuan Pemeliharaan 61
  2. Satuan Gudang 62
  3. Satuan Gudang 63
  4. Satuan Pemeliharaan 64
  1. Satuan Pemeliharaan 71
  2. Satuan Pemeliharaan 72
  3. Satuan Pemeliharaan 73

 

Komandan Koharmatau Dari Masa Ke Masa

  1. Komodor Udara Budiardjo (1963-1964)
  2. Komodor Udara Antonius Andoko (1964-1966)
  3. Komodor Udara Sutopo (1966-1966)
  4. Komodor Udara Sulaiman (1966-1966)
  5. Komodor Udara R. Suyatmo (1966-1966)
  6. Komodor Udara Suryono H.S. (1966-1968)
  7. Marsda TNI Untung Suwignjo (1968-1976)
  8. Marsda TNI D.R. Kamarudin (1976-1982)
  9. Marsda TNI Benjamin Parwoto (1982-1984)
  10. Marsda TNI Moh. Besar (1984-1986)
  11. Marsda TNI Ateng Suwarsono (1986-1987)
  12. Marsda TNI Isbandi G. (1987-1989)
  13. Marsda TNI Dadi Sukardi (1989-1991)
  14. Marsda TNI Sugiarto (1991-1992)
  15. Marsda TNI Achmadi, SE, S.IP. (1992-1995)
  16. Marsda TNI Ir. M. Sadeli Kalman (1995-1996)
  17. Marsda TNI Sjaiful Karti Munaf, S.E. (1996-1998)
  18. Marsda TNI Sampurno Budiman, S.E. (1998-1999)
  19. Marsda TNI Iskak Karmanto (1999-2000)
  20. Marsda TNI Mashadi Muljadi (2000-2002)
  21. Marsda TNI Sudjarwo SP, S.E, S.IP. (2002-2004)
  22. Marsda TNI Suko Kuntjoro, S.IP. (2004-2007)
  23. Marsda TNI Sunaryo H.W. (2007-2009)
  24. Marsda TNI Ferdinand Alex Myne (2009-2011)
  25. Marsda TNI Waliyo, M.Sc. (2011-2012)
  26. Marsda TNI Sumarno (2012-2015)
  27. Marsda TNI Hasan Londang (2015-2015)
  28. Marsda TNI Nugroho Prang Sumadi (2015-2015)
  29. Marsda TNI Robert Soter Marut, M.Sc (2015-2016)
  30. Marsda TNI Haryoko, S.E., (2016-Sekarang)

 

PROFILE KORPS PASKHAS

Logo Korps Paskhas

Korps Pasukan Khas

Korps Pasukan Khas TNI Angkatan Udara (disingkat Korpaskhasau, Paskhas atau sebutan lainnya Baret Jingga), merupakan pasukan (khusus) yang dimiliki TNI Angkatan Udara. Paskhas merupakan satuan tempur darat berkemampuan tiga matra, yaitu udara, laut, darat. Setiap prajurit Paskhas diharuskan minimal memiliki kualifikasi para-komando (Parako) untuk dapat melaksanakan tugas secara profesional, kemudian ditambahkan kemampuan khusus kematraudaraan sesuai dengan spesialisasinya.
Tugas dan tanggung jawab Korpaskhas sama dengan pasukan tempur lainnya yaitu sebagai satuan tempur negara, yang membedakan yaitu dari semua fungsi paskhas sebagai pasukan pemukul NKRI yang siap diterjunkan disegala medan baik hutan, kota, rawa, sungai, laut untuk menumpas semua musuh yang melawan NKRI. Paskhas mempunyai Ciri Khas tugas tambahan yang tidak dimiliki oleh pasukan lain yaitu Operasi Pembentukan dan Pengoperasian Pangkalan Udara Depan (OP3UD) yaitu merebut dan mempertahankan pangkalan dan untuk selanjutnya menyiapkan pendaratan pesawat dan penerjunan pasukan kawan.
Korpaskhas bertugas membina kekuatan dan kemampuan satuan Paskhas sebagai pasukan matra udara untuk siap operasional dalam melaksanakan perebutan sasaran dan pertahanan objek strategis Angkatan Udara, pertahanan udara, operasi khusus dan khas matra udara dalam operasi militer atas kebijakan Panglima TNI.
Warna baret jingga Paskhas terinspirasi dari cahaya jingga saat fajar di daerah Margahayu, Bandung, yaitu tempat pasukan komando ini dilatih.[1]

Moto

Arti setiap kata Sangkahya-yoga tersebut adalah sebagai berikut :
karmaṇi = "dalam tugas yang ditentukan"
eva = "pasti"
adhikāraḥ = "benar"
te = "dari kamu"
= "tidak akan pernah"
phaleṣu = "dalam buah" (hasil)
kadācana = "pada saat mana pun"
karma-phala = "dalam hasil pekerjaanmu"
hetuḥ = "sebab"
bhūḥ = "menjadi"
sańgaḥ = "keterikatan"
astu = " seharusnya ada"
akarmaṇi = "dalam tidak melakukan tugas yang ditentukan".
Jadi, moto Korps khas bisa dipahami sebagai: "Kamu berhak melakukan tugas yang ditentukan, tetapi tidak berhak atas hasil kelakuanmu."[2]
Moto Paskhas ialah "Karmanye Vadikaraste Mafalesu Kadatjana", yang artinya bekerja tanpa menghitung untung dan rugi.[3] Kata "falesu" adalah salah paham karena istilah asli dalam Bhagavad Gita adalah phalesu, di mana ejanan "ph" merupakan bunyi /p/ ditambah bunyi /h/, bukan bunyi /f/.
Presiden RI pertama Ir. Sukarno, pada malam ”tirakatan” hari Bhakti AURI di Istana Negara tanggal 30 Juli 1964, memberikan ungkapan ini secara langsung untuk memotivasi personel AURI. Sukarno menyitirnya dari kalimat termasyhur pada Sangkahya-yoga kitab Bhagawadgita, sloka 2.47, yang lengkapnya berbunyi :
"karmaṇy evādhikāras te
mā phaleṣu kadācana
mā karma-phala-hetur bhūr
mā te sańgo 'stv akarmaṇi."

Sejarah

Penerjunan pasukan pertama kali

Gubernur Kalimantan Ir. Pangeran Muhammad Noor mengajukan permintaan kepada AURI agar mengirimkan pasukan payung ke Kalimantan untuk tugas membentuk dan menyusun gerilyawan, membantu perjuangan rakyat di Kalimantan, membuka stasiun radio induk untuk memungkinkan hubungan antara Yogyakarta dan Kalimantan, dan mengusahakan serta menyempurnakan daerah penerjunan (dropping zone) untuk penerjunan selanjutnya. Atas inisiatif Komodor (U) Suryadi Suryadarma kemudian dipilih 12 orang putra asli Kalimantan dan 2 orang PHB AURI untuk melakukan penerjunan.[4]
Tanggal 17 Oktober 1947, tiga belas orang anggota berhasil diterjunkan di Sambi, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah. Mereka adalah Hari Hadi Sumantri (montir radio AURI asal Semarang), FM Soejoto (juru radio AURI asal Ponorogo), Iskandar (pimpinan pasukan), Ahmad Kosasih, Bachri, J. Bitak, C. Williem, Imanuel, Amirudin, Ali Akbar, M. Dahlan, JH. Darius, dan Marawi. Semuanya belum pernah mendapat pendidikan secara sempurna kecuali mendapatkan pelajaran teori dan latihan di darat (ground training). Seorang lagi yaitu Jamhani batal terjun karena takut.
Mereka diterjunkan dari pesawat C-47 Dakota RI-002 yang diterbangkan oleh Bob Freeberg yang berkebangsaan Amerika sekaligus sebagai pemilik pesawat, ko-pilot Opsir (U) III Suhodo, dan jump master Opsir Muda (U) III Amir Hamzah. Bertindak sebagai penunjuk daerah penerjunan adalah Mayor (U) Cilik Riwut yang putra asli Kalimantan. Ini adalah operasi lintas udara pertama dalam sejarah Indonesia.
Pasukan ini awalnya akan diterjunkan di Sepanbiha, Kalimantan Selatan namun akibat cuaca yang buruk dan kontur daerah Kalimantan yang berhutan lebat mengakibatkan Mayor (U) Cilik Riwut kebingungan saat memprediksi tempat penerjunan. Setelah bergerilya di dalam hutan pada tanggal 23 November 1947, pasukan ini disergap tentara Belanda akibat pengkhianatan seorang kepala desa setempat, yang mengakibatkan gugurnya Hari Hadi Sumantri, Iskandar, dan Ahmad Kosasih. Sedangkan yang lainnya berhasil lolos namun akhirnya setelah beberapa bulan mereka berhasil juga ditangkap Belanda.
Dalam pengadilan, Belanda tidak dapat membuktikan bahwa mereka adalah pasukan payung dan akhirnya mereka dihukum sebagai seorang kriminal biasa. Mereka dibebaskan setelah menjalani hukuman 1 tahun dan langsung diangkat menjadi anggota AURI oleh Komodor (U) Suryadi Suryadarma.
Peristiwa Penerjunan yang dilakukan oleh ke tiga belas prajurit AURI tersebut merupakan peristiwa yang menandai lahirnya satuan tempur pasukan khas TNI Angkatan Udara. Tanggal 17 Oktober 1947 kemudian ditetapkan sebagai hari jadi Komando Pasukan Gerak Cepat (Kopasgat) yang sekarang dikenal dengan Korps Pasukan Khas TNI Angkatan Udara (Korpaskhas).[5]

Pasukan Pertahanan Pangkalan (PPP)


Paskhas dalam parade
Pada masa awal kemerdekaan, dalam konsolidasi organisasi Badan Keamanan Rakyat Oedara (BKRO) membentuk Organisasi Darat yaitu Pasukan Pertahanan Pangkalan (PPP). PPP dibutuhkan untuk melindungi pangkalan-pangkalan udara yang telah direbut dari tentara Jepang terhadap serangan Belanda yang pada waktu itu ingin kembali menduduki wilayah Republik Indonesia. Pimpinan BKR saat itu baik Letjen Soedirman maupun Komodor (U) Suryadi Suryadarma berpendapat bahwa Belanda pasti akan menyerang ibukota RI di Yogyakarta lewat udara. PPP saat itu masih bersifat lokal, yang dibentuk di pangkalan-pangkalan udara seperti di Pangkalan Udara Bugis (Malang), Maospati (Madiun), Mojoagung (Surabaya), Panasan (Solo), Maguwo (Yogyakarta), Cibeureum (Tasikmalaya), Kalijati (Subang), Pamengpeuk (Garut), Andir dan Margahayu (Bandung), Cililitan dan Kemayoran (Jakarta) dan pangkalan-pangkalan udara di luar pulau Jawa seperti Talang Batutu (Palembang), Tabing (Padang) dll.

Agresi Militer I dan II Belanda


Prajurit batalyon infantri V "Andjing NICA"
PPP sangat berperan saat terjadi Agresi Militer I dan Agresi Militer II, ketika hampir seluruh pangkalan udara mendapat serangan dari tentara Belanda, baik dari darat maupun dari udara. Serangan besar-besaran dilancarkan oleh Belanda pada tanggal 19 Desember 1948 terhadap Pangkalan Udara Maguwo Yogyakarta. Belanda mengerahkan pesawat P-51 Mustang, P-40 Kitty Hawk dan pembom B-25/B-26. Selain itu diterjunkan dari pesawat C-47 Dakota sekitar 600 pasukan payung gabungan dari trup tempur Para-1 pimpinan Kapten Eekhout. Pasukan payung ini merupakan bagian dari Tijger Brigade/Divisi B (termasuk di dalamnya satuan "Andjing NICA" yang terkenal ganas serta brutal) pimpinan Kolonel Van Langen yang diperintahkan untuk menguasai Yogyakarta. Brigade ini masih ditambah satuan elit gabungan pasukan darat dan udara grup tempur M. Di Maguwo grup tempur M menerjunkan 2 kompi pasukan para komando Korps Speciale Troepen (KST) yang merupakan penggabungan dari baret merah dan hijau Belanda pada November 1948.[6]
Pada saat itu PPP bersama kekuatan udara lainnya berusaha mempertahankan pangkalan. Maguwo dipertahankan oleh 150 pasukan PPP dan 34 teknisi AURI pimpinan Kadet Kasmiran. Dalam pertempuran tidak seimbang ini, gugur 71 personel AURI termasuk Kadet Kasmiran dan 25 orang lainnya yang tidak dikenal.

Penerjunan pertama di Indonesia

PPP inilah yang merupakan cikal bakal dari Pasukan Payung (pasukan berparasut) setelah pada tanggal 12 Februari 1946 melakukan percobaan latihan penerjunan yang pertama kali di Pangkalan Udara Maguwo Yogyakarta dengan menggunakan payung (parasut) dan pesawat terbang peninggalan Jepang.
Penerjunan pertama yang semuanya dilaksanakan oleh 3 orang Indonesia baik penerbangnya maupun penerjunnya, berlangsung menggunakan tiga buah pesawat Churen. Penerbang Adisucipto menerjunkan Amir Hamzah, penerbang Iswahyudi menerjunkan Legino dan penerbang M. Suhodo menerjunkan Pungut. Penerjunan pertama di alam Indonesia merdeka yang berlangsung di Pangkalan Udara Maguwo tersebut disaksikan oleh Kepala Staf BKRO Komodor (U) Suryadi Suryadarma dan Panglima Besar Letjen Sudirman serta petinggi BKR lainnya. Penerjunan yang dilaksanakan pada ketinggian 700 meter, sebagai pengawas kesehatannya adalah Dr. Esnawan.
Penerjunan kedua diadakan di Pangkalan Udara Maguwo tanggal 8 Maret 1947 pada saat wing day yang merupakan terjun bebas (free fall) pertama di Indonesia dilakukan oleh Opsir Udara I Soedjono dan Opsir Muda Udara I Soekotjo dengan penerbang Gunadi dan Adisucipto. Penerjunan ini disaksikan oleh Presiden Sukarno, Wakil Presiden Mohammad Hatta, para petinggi BKR serta masyarakat luas.[7].
Pada tanggal 24 Maret 1947, kembali dilaksanakan penerjunan oleh Soedjono dan Soekotjo dalam rangka peresmian Pangkalan Udara Gadut di Bukittinggi.

Air Base Defence Troop (ABDT)


Baret Jingga
Selanjutnya sejak tahun 1950, Pasukan Payung yang saat itu masih bernama PPP berpusat di Jakarta dan mendapat sebutan Air Base Defence Troop (ABDT). Pasukan membawahi 8 kompi dan dipimpin oleh Kapten (U) RHA Wiriadinata dengan wakilnya Letnan I (U) R Soeprantijo. Kemudian pada pertengahan tahun 1950, dibentuk Inspektorat Pasukan Pertahanan Pangkalan (IPP) yang bermarkas di jalan Sabang, Jakarta, yang pada bulan April 1952 dipindahkan ke Pangkalan Udara Cililitan, Jakarta Timur.
Pada tahun 1950 juga diadakan Sekolah Terjun Payung (Sekolah Para) yang diikuti oleh para prajurit, dalam rangka pembentukan Pasukan Para AURI. Sekolah Para ini dibuka di Pangkalan Udara Andir Bandung, sebagai kelanjutan dari embrio Sekolah Para di Maguwo. Hasil didik dari Sekolah Para inilah yang kemudian disusun dalam Kompi-Kompi Pasukan Gerak Tjepat (PGT) yang dibentuk pada bulan Februari 1952, dengan Kapten (U) RHA Wiriadinata sebagai komandannya yang saat itu juga merangkap sebagai Komandan Pangkalan Udara Andir di Bandung.
Pada tahun 1950-an, Pasukan AURI terdiri dari PPP, PGT dan PSU (Penangkis Serangan Udara) yang kekuatannya terdiri dari 11 Kompi Berdiri Sendiri (BS), 8 Pleton BS dan 1 Battery PSU.

Resimen Tim Pertempuran PGT (RTP-PGT)

Selanjutnya pada Tahun 1960-an PGT juga ditugaskan dalam rangka operasi pembebasan Irian Barat (Papua) yang berdasarkan perintah Men/Pangau, maka dibentuklah Resimen Tim Pertempuran PGT (RTP PGT) yang bermarkas di Bandung dan Kapten (U) Sugiri Sukani sebagai komandannya. RTP PGT membawahi 2 Batalyon PGT yaitu Batalyon A PGT yang dipimpin oleh Kapten (U) Z. Rachiman dan Batalyon B PGT yang dipimpin oleh Kapten (U) JO. Palendeng.
Komodor (U) RHA Wiriadinata adalah komandan PGT pertama (1952) yang banyak membawa perkembangan terhadap pasukan payung di Indonesia, terutama dalam tubuh AURI. Konsep PGT sejak awal mulanya memang tertuju pada kemampuan para dan komando. Ia juga pernah menjadi Panglima Gabungan Pendidikan Paratroops (KOGABDIK PARA).
Pada masa pemerintahan Orde Lama, PGT AURI bersama KKO (Marinir) dikenal loyal dan setia terhadap Presiden Sukarno. Kedua pasukan elit ini bahkan dianggap menjadi anak emasnya Presiden Soekarno. Hingga saat detik-detik kejatuhan Presiden Sukarno, kedua pasukan ini tetap menunjukkan kesetiaannya pada Sang Proklamator tersebut.

Komando Pertahanan Pangkalan Angkatan Udara (KOPPAU)

Pada tanggal 15 Oktober 1962, berdasarkan Keputusan Men/Pangau Nomor : 195 dibentuklah Komando Pertahanan Pangkalan Angkatan Udara (KOPPAU). Panglima KOPPAU dirangkap oleh Men/Pangau dan sebagai wakilnya ditetapkan Komodor (U) RHA Wiriadinata. KOPPAU terdiri dari Markas Komando (Mako) berkedudukan di Bandung, Resimen PPP di Jakarta dan Resimen PGT di Bandung. Resimen PPP membawahi 5 Batalyon yang berkedudukan di Jakarta, Banjarmasin, Makassar, Biak dan Palembang (kemudian pindah ke Medan). Resimen PGT terdiri dari 3 Batalyon, yaitu Batalyon I PGT (merupakan Batalyon III Kawal Kehormatan Resimen Cakra Bhirawa) berkedudukan di Bogor, Batalyon II PGT di Jakarta dan Batalyon III PGT di Bandung.
Berdasarkan Surat keputusan Men/Pangau Nomor : III/PERS/MKS/1963 tanggal 22 Mei 1963, maka pada tanggal 9 April 1963 Komodor (U) RHA Wiriadinata dikukuhkan menjadi Panglima KOPPAU dan menjabat selama 1 tahun. Kemudian pada tahun 1964 digantikan oleh Komodor (U) Ramli Sumardi sampai dengan tahun 1966.

KOPASGAT


Senjata Penangkis Serangan Udara (PSU) Oerlikon Sky Shield MK-2 milik Detasemen Hanud 473 Paskhas Lanud Supadio, Pontianak

Tripe Gun dipasang pada Truk Reo

Triple gun Paskhas TNI AU dipasang pada platform truk Mercedes Benz

Persiapan Penerjunan Penyegaran (Jungar) & Penerjunan Taktis (Jurtis)

Prajurit Paskhas Melaksanakan Jurtis

Prajurit Paskhas melaksanakan Frefall
Bedasarkan hasil seminar pasukan di Bandung pada tanggal 11 s.d. 16 April 1966, sesuai dengan Keputusan MEN/PANGAU No. 45 Tahun 1966, tanggal 17 Mei 1966, KOPPAU disahkan menjadi Komando Pasukan Gerak Tjepat (Kopasgat) yang terdiri dari 3 Resimen :
  1. Resimen I Pasgat di Bandung, membawahi :
    1. Batalyon A Pasgat di Bogor
    2. Batalyon B Pasgat di Bandung
  2. Resimen II Pasgat di Jakarta, membawahi :
    1. Batalyon A Pasgat di Jakarta
    2. Batalyon B Pasgat di Jakarta
    3. Batalyon C Pasgat di Medan
    4. Batalyon D Pasgat di Banjarmasin
  3. Resimen III Pasgat di Surabaya, membawahi :
    1. Batalyon A Pasgat di Makassar
    2. Batalyon B Pasgat di Madiun
    3. Batalyon C Pasgat di Surabaya
    4. Batalyon D Pasgat di Biak
    5. Batalyon E Pasgat di Yogyakarta
Selanjutnya bedasarkan Keputusan KASAU No. 57 Tanggal 1 Juli 1970, "Resimen" diganti menjadi "Wing"'
Di era nama Kopasgat lah, korps baret jingga ini sangat terkenal. Bahkan PDL Sus Kopasgat bermotif macan tutul menjadi acuan pemakaian PDL TNI saat operasi Seroja.
Saat operasi pembebasan sandera pesawat DC-9 Woyla milik Garuda Indonesia di Bandara Don Muang Thailand tahun 1981 sesungguhnya Kopasgat-lah yang dipersiapkan untuk beraksi namun akibat berbagai tekanan politik Orde Baru saat itu akhirnya Kopassus yang diberangkatkan ke Bangkok.

PUSPASKHASAU

Sejalan dengan dinamika penyempurnaan organisasi dan pemantapan satuan-satuan TNI, maka berdasarkan Keputusan KASAU No. Kep/22/III/ 1985 tanggal 11 Maret 1985, Kopasgat berubah menjadi Pusat Pasukan Khas TNI Angkatan Udara (PUSPASKHASAU)

KORPASKHASAU

Seiring dengan penyempurnaan organisasi TNI dan TNI Angkatan Udara, maka tanggal 17 Juli 1997 sesuai Skep PANGAB No. SKEP/09/VII/1997, status Puspaskhas ditingkatkan dari Badan Pelaksana Pusat menjadi Komando Utama Pembinaan (Kotamabin) sehingga sebutan PUSPASKHAS berubah menjadi Korps Pasukan Khas TNI AU (KORPASKHASAU).

Spesialisasi

Korpaskhas terbagi dalam beberapa Spesialisasi yaitu :
  1. Pusdiklat, Pusdiklat Paskhas bertugas melaksanakan pembinaan kemampuan Paskhas melalui penyelenggaraan Pendidikan, Latihan, Penelitian, Pengujian serta Pengembangan Taktik dan Prosedur Korpaskhas untuk melaksanakan tugas perebutan sasaran dan pertahanan Obyek Strategis Angkatan Udara, Pertahanan Udara, Operasi Khusus Dan Khas Matra Udara Dalam Operasi Militer.
  2. Anti Teror (Satuan Bravo '90), Satuan Brvo 90 bertugas melaksanakan Operasi Intelijen, Operasi Penanggulangan Teror Aspek Udara dan Operasi Khusus lainnya dalam Operasi Militer atas kebijakan Panglima TNI.
  3. Detasemen Matra. Detasemen Matra Paskhas bertugas melaksanakan operasi pengendalian tempur, pengendalian pangkalan, SAR tempur dan jump master.
  4. Detasemen Hanud. Detasemen pertahanan udara Paskhas bertugas melaksanakan operasi pertahanan udara sebagai bagian sistem pertahanan udara nasional dan operasi militer lain atas kebijakan Panglima TNI.
  5. Parako. Batalyon Komando bertugas melaksanakan operasi perebutan sasaran dan pertahanan objek strategis Angkatan Udara dalam operasi militer
  6. Resimen Bantuan Tempur. Bertugas sebagai kekuatan pelapis penggempur untuk bantuan bagi pasukan kawan terutama pasukan Parako yang berada digaris depan pertempuran, baik berupa bantuan tembakan tempur maupun bantuan administrasi. Menbanpur terdiri atas Yon Kavaleri, Yon Zeni, Yon Armed, Yon Kesehatan, Yon Komlek, Yon Angmor, Yon Bekpalud.

Kecabangan di Korpaskhas

Korpaskhas terbagi dalam beberapa induk kecabangan yaitu :
  1. Pasukan Elite/Khusus Paskhas, Yaitu :
    1. Satuan Bravo 90 Paskhas anti teror
    2. Detasemen Matra 1,2,3 Paskhas
  2. Divisi Para Komando terdiri atas 9 Batalyon Komando Paskhas Para Komando yang terwadahi dalam 3 Brigade Parako. Yaitu :
    1. Brigade 1 Parako Paskhas :
      1. Yonko 461 Paskhas
      2. Yonko 462 Paskhas
      3. Yonko 463 Paskhas
    2. Brigade 2 Parako Paskhas :
      1. Yonko 464 Paskhas
      2. Yonko 465 Paskhas
      3. Yonko 466 Paskhas
    3. Brigade 3 Parako Paskhas :
      1. Yonko 467 Paskhas
      2. Yonko 468 Paskhas
      3. Yonko 469 Paskhas
  3. Divisi Artileri Pertahanan Udara terdiri atas :
    1. Resimen/Wing 100 Rudal Jarak Menengah/Jauh Paskhas :
      1. Yon Peluncur Rudal 101 Paskhas wilayah Kosekhanudnas I
      2. Yon Peluncur Rudal 102 Paskhas wilayah Kosekhanudnas II
      3. Yon Peluncur Rudal 103 Paskhas wilayah Kosekhanudnas III
      4. Yon Peluncur Rudal 104 Paskhas wilayah Kosekhanudnas IV
    2. Resimen/Wing 400 Rudal Jarak Pendek Hanud Titik Paskhas :
      1. Yon Arhanud-1 Mobile Paskhas Divisi I Paskhas Jakarta
      2. Yon Arhanud-2 Mobile Paskhas Divisi II Paskhas Makassar
      3. Yon Arhanud-3 Mobile Paskhas Divisi III Paskhas Medan
      4. Den Hanud 471 Paskhas Lanuma Halim PK Jakarta
      5. Den Hanud 472 Paskhas Lanuma Hasanudin Makassar
      6. Den Hanud 473 Paskhas Lanuma Supadio Pontianak
      7. Den Hanud 474 Paskhas Lanuma Adisucipto Yogyakarta
      8. Den Hanud 475 Paskhas Lanuma Rusminnuryadin Pekanbaru
      9. Den Hanud 476 Paskhas Lanuma Suwondo Medan
      10. Den Hanud 477 Paskhas Lanuma Iswahyudi Madiun
      11. Den Hanud 478 Paskhas Lanuma Manuhua Husein Sastranegara Bandung
      12. Den Hanud 479 Paskhas Lanuma Manuhua Biak
  4. Resimen Bantuan Tempur Paskhas Makorpaskhas Bandung
    1. Yon Kavaleri Panser Paskhas
    2. Yon Armed Paskhas
    3. Yon Zeni Paskhas
    4. Yon Komlek Bantuan Administrasi Tempur Paskhas
    5. Yon Kesehatan Lapangan Bantuan Administrasi Tempur Paskhas
    6. Yon Bekpalud Angmor Bantuan Administrasi Tempur Paskhas
  5. Resimen Pertahanan Pangkalan (Hanlan) Paskhas Makorpaskhas Bandung
    1. Yon 1 Hanlan Paskhas Divisi 1 Paskhas
    2. Yon 2 Hanlan Paskhas Divisi 2 Paskhas
    3. Yon 3 Hanlan Paskhas Divisi 3 Paskhas

Struktur Organisasi Korpaskhas Saat ini

  1. Satuan Bravo '90/Anti Teror-Bogor
    1. Detasemen 901/Intelijen-Bogor
    2. Detasemen 902/Aksi Khusus-Bogor
    3. Detasemen 903/Bantuan Teknik-Bogor
  2. Wing I Pasukan Khas (komposit)-Jakarta
    1. Batalyon Komando 461/Cakra Bhaskara-Jakarta
    2. Batalyon Komando 463/Trisula-Madiun
    3. Batalyon Komando 467/Hardha Dedali-Jakarta
    4. Detasemen Matra 1/Naga Pasa-Jakarta
    5. Detasemen Hanud 471/Kunta Wijayandanu-Jakarta
    6. Detasemen Hanud 474/Kunta Wijayandanu-Jogjakarta
  3. Wing II Pasukan Khas (komposit)-Makassar
    1. Batalyon Komando 464/Nanggala-Malang
    2. Batalyon Komando 466/Pasopati-Makassar
    3. Batalyon Komando 468/Sarotama-Biak
    4. Detasemen Matra 2/Naga Pasa-Malang
    5. Detasemen Hanud 472/Kunta Wijayandanu-Makassar
  4. Wing III Pasukan Khas (komposit)-Medan
    1. Batalyon Komando 462/Pulanggeni-Pekanbaru
    2. Batalyon Komando 465/Brajamusti-Pontianak
    3. Batalyon Komando 469/Pancawara-Medan
    4. Detasemen Hanud 473/Kunta Wijayandanu-Pontianak
  5. Pusdiklat Pasukan Khas (komposit)-Bandung
    1. Satuan Pendidikan Tempur Darat
    2. Satuan Pendidikan Matra
    3. Satuan Pendidikan Pertahanan Udara
    4. Satuan Pendidikan Bantuan Tempur
    5. Satuan Pendidikan Khusus

Pengembangan Kedepan Struktur Organisasi Korpaskhas (Dalam Semangat MEF Paskhas)

Tugas TNI Angkatan Udara makin Kompleks, dimulai pada tanggal 9 April 1946 hingga saat ini bukan perjalanan perjalanan yang singkat. Dengan tekad untuk menjadikan Indonesia menjadi Poros Maritim Dunia yang menuntut keharusan TNI AL dan TNI AU untuk memperkuat organisasi dan Alutsistanya untuk menjadi pengawal Negara Poros Maritim Dunia. TNI Angkatan Udara berbenah diri untuk memperkuat kekuatan tempurnya terutama Kotama-Kotama Tempurnya yaitu : Koopsau, Kohanudnas, dan Korpaskhas. Momentum ini menjadi titik awal kebangkitan TNI Angkatan Udara dengan Perkuatan Alutsista dan peningkatan kualitas sumber daya manusia yang mengawaki menjadi "ANGKATAN UDARA YANG KUAT DAN DISEGANI" untuk mengawal Negara Indonesia sebagai POROS MARITIM DUNIA.

Transformasi Korpaskhas Hingga 2035

Berkembangnya teknologi pertahanan yang sangat pesat dengan ancaman perang siber dunia, maka Korpaskhas sebagai salah satu Kotama Tempur TNI Angkatan Udara harus segera menyesuaikan dengan segala persenjataan modern yang berkembang termasuk didalamnya membuat perencanaan pembelian alutsista-alutsista yang dibutuhkan baik dari dalam negeri ataupun dari luar negeri. Korpaskhas diharuskan segera melaksanakan Transformasi menuju postur tahun 2035 untuk meningkatkan kemampuan dan profesionalisme prajurit di segala bidang. Diharapkan TNI AU dapat melaksanakan operasi militer secara mandiri.
Trasformasi Korpaskhas adalah dengan mengembangkan tugas yang menyatu dengan tugas pokok Angkatan Udara, Yaitu MENJAGA KEDAULATAN DAN HUKUM DI UDARA. Kita membangun doktrin perang yang sekarang ini sudah bergeser dari Area Command menjadi namanya Battle Zone. Jadi beberapa wilayah diperkuat secara bertahap. Perbedaan antara Area Command dengan Battle Zone adalah, kalau Area Command itu berarti pertahanan merata mulai dari Indonesia barat hingga Indonesia timur dan sifatnya tidak tajam yang disebut dengan Capability Base Approach. Sedangkan Battle Zone adalah membangun pertahanan yang menyatu dengan tugas pokok TNI AU artinya Lanud-Lanud Utama harus diperkuat dahulu, setelah itu memperkuat pangkalan aju atau pangkalan terdepan yang di peripheral-peripheral (perbatasan). Pertahanan dalam masa damai harus Defence Indepth. Membangun pertahanan dari tengah yaitu Ibukota dahulu sebagai Center Of Grafity, baru berkembang ke luar. Intinya pembangunan kekuatan pertahanan mengedepankan konsep New Generation Air Force yaitu doktrin pertahanan yang didukung dengan teknologi.

Pengembangan Sistem Pertahanan Udara/Paskhas

Pengembangan Sistem Pertahanan Udara Paskhas, terdiri dari :
  1. Hanud Jarak Dekat (Short Range Air Defence – ShoRAD) atau Hanud Titik. rencana sampai tahun 2035 adalah sebanyak 36 Detasemen Hanud (Denhanud) untuk setiap Pangkalan Utama TNI AU dan Lanud Tipe B. Kalau sampai tahun 2024 sebanyak 12 Denhanud di tiap Pangkalan Utama TNI AU.
  2. Hanud Jarak Medium (Medium Range Air Defence – MeRAD) atau Hanud Terminal. MeRAD ini jaraknya antara 50–100 km, masuk dalam program MEF 2015-2019 pengadaan pertama untuk pengamanan ibukota negara. Hanud Terminal ini harus terintegrasi dengan Hanud Titik, karena kita membangun sistem yang sudah terIntegrasi antara Hanud Titik dengan Hanud Terminal atau disebut dengan THAAD (Terminal High Altitude Air Defence). Beberapa produk sedang dalam proses recognition. Korpaskhas Telah melaksanakan kajian untuk kebutuhan operasi dan spesifikasi teknis serta ikut dalam kunjungan ke beberapa negara pabrikan diantaranya NASAMS (Norwegia), LY-80 (China), Flying King (China), Sky Dragon (China).

Pengembangan Batalion Komando/Paskhas

Batalion yang dibangun sekarang ini namanya Air Comandos. Didesain untuk tugas-tugas sebagai Strike Forces (Pasukan Pemukul). Oleh karenanya konsep operasi yang dibangun dan dikembangkan adalah COMBAT TEAM BATTALION (Batalion Tim Pertempuran). Jadi bagaimana Batalion-Batalion itu bergerak dengan bantuan-bantuan kesenjataannya. Dalam pertempuran dan serbuan Batalion Tim Pertempuran (BTP) merupakan gabungan kekuatan tempur dari Yonko Paskhas dan gabungan unsur bantuan tempur dari kompi-kompi Kavaleri/Mekanis Paskhas, Artileri Paskhas, Zeni Paskhas, Kesehatan lapangan Paskhas, Komlek Paskhas dan Bekpalud/Angmor Paskhas yang kesemuanya merupakan Kesatuan Kesenjataan Terpadu.

RESIMEN BANTUAN TEMPUR PASKHAS

Pembentukan Batalyon Mekanis/Paskhas

Korpaskhas dengan PT Pindad membangun Commando Mechanize. Korpaskhas akan mendapatkan 90 unit kendaraan taktis dari 119 unit yang dbutuhkan. Rantis ini disesuaikan dengan karakteristik medan Indonesia yang berbeda dengan medan gurun. Batalyon Komando Mekanis Paskhas atau Yonkomek merupakan Batalyon Komando Mekanis Paskhas yang berada dibawah Komando Resimen Bantuan Tempur Korpaskhas di Mako Korpaskhas Bandung. Yonkomek Paskhas direncanakan digelar di tiap Wing Paskhas. Penggelaran tersebut dimaksudkan agar tiap Kompi dari Yonkomek Paskhas yang berada ditiap Wing Paskhas dapat digelar di tiap Yonko Paskhas. Tugas pokok dari batalyon ini adalah untuk melaksanakan pertempuran jarak dekat di darat dengan menggunakan kendaraan tempur angkut lapis baja guna mencari, mendekati, menghancurkan dan menawan musuh serta merebut, menguasai dan mempertahankan medan baik berdiri sendiri maupun dalam hubungan yang lebih besar dalam rangka sebagai bantuan tempur bagi Pasukan Batalyon Komando Paskhas yang berada digaris depan pertempuran. Batalyon Komando Mekanis Paskhas dilengkapi berbagai Kendaraan Tempur Lapis Baja buatan dalam negeri (Ranpur) 6X6 jenis Panser Anoa buatan PT. Pindad. Yonko Mekanis Paskhas, terdiri dari :
  1. 3 Kompi Mekanis. Tiap kompi mekanis merupakan satuan tersendiri yang memiliki kedudukan, tugas serta fungsi sebagai bantuan tempur di tiap Batalyon Komando Paskhas. memiliki tugas pokok untuk mendukung keberhasilan pelaksanaan di tiap Batalyon Komando Paskhas, yaitu melaksanakan operasi tempur & tugas pengamanan di darat dengan menggunakan ranpur lapis baja sebagai alutsista dalam rangka mewujudkan dan menunjang keberhasilan visi dan misi tugas Batalyon Komando Paskhas. Organisasi Kompi Mekanis berpedoman pada Top Roi Mekanis, dengan komposisi 100 Orang yang terdiri dari Kelompok Komando Kompi dipimpin oleh 1 Orang Komandan Kompi dan 3 Peleton Mekanis. Dengan organisasi tersebut tiap Kompi Mekanis memiliki alutsista berupa 1 unit Ranpur Komando jenis Anoa 6x6 buatan Pindad dan 12 unit ranpur AP jenis Anoa 6x6 buatan Pindad.
  2. Kompi Markas adalah salah satu kompi dari lima kompi yang ada di dalam kesatuan Yonko Mekanis Paskhas dengan tugas pokok sebagai unsur pelayan dalam mendukung tugas operasional Yonkomek Paskhas. Kompi Markas di pimpin oleh seorang perwira berpangkat Kapten berkedudukan di markas Batalyon.
  3. Kompi Bantuan merupakan satuan terkecil dari Batalyon yang memiliki keistimewaan senjata batuan yg terdiri dari Morse atau yang lebih dikenal dengan Senjata Lintas Lengkung Mortir 81 Tampela dan Sejata Lintas Datar berupa SLT (Senjata Lawan Tank) serta 1 (Satu) Regu Bakduk (Penembak Runduk). Kompi Bantuan merupakan kompi pendukung yang bertugas memberikan tembakan BANTEM (Bantuan Tempur) dan menganggu kosentrasi musuh saat anggota Regu Kompi Mekanis bergerak untuk menghancurkan musuh tersebut. Kompi Bantuan dipimpin oleh seorang Komandan Kompi (Danki Bant) yang berpangkat Kapten berkedudukan di markas Batalyon. Para anggota Kompi terbagi menjadi 2 Pleton (Morse dan SLT), 1 Regu Bakduk dan 1 Komando Kompi (Koki) atau unsur pelayan Kompi.
Struktur Organisasi Yonkomek/Paskhas
Batalyon Komando Mekanis Paskhas terdiri dari 3 Batalyon yang berada ditiap Wing Paskhas sebagai pasukan bantuan tempur bagi Batalyon Komando Paskhas. Terdiri dari :
  1. Yonkomek 1 Paskhas Wing 1 Paskhas, Jakarta :
    1. Mako Yonkomek 1 Paskhas, Jakarta :
      1. Kompi Markas.
      2. Kompi Bantuan.
    2. Kompi Mekanis 1 Yonkomek 1 Paskhas, BKO Yonko 461 Paskhas Jakarta.
    3. Kompi Mekanis 2 Yonkomek 1 Paskhas, BKO Yonko 463 Paskhas Madiun.
    4. Kompi Mekanis 3 Yonkomek 1 Paskhas, BKO Yonko 467 Paskhas Jakarta.
  2. Yonkomek 2 Paskhas Wing 2 Paskhas, Makassar :
    1. Mako Yonkomek 2 Paskhas, Makassar :
      1. Kompi Markas.
      2. Kompi Bantuan.
    2. Kompi Mekanis 1 Yonkomek 2 Paskhas, BKO Yonko 464 Paskhas Malang.
    3. Kompi Mekanis 2 Yonkomek 2 Paskhas, BKO Yonko 466 Paskhas Makassar.
    4. Kompi Mekanis 3 Yonkomek 2 Paskhas, BKO Yonko 468 Paskhas Biak.
  3. Yonkomek 1 Paskhas Wing 3 Paskhas, Medan :
    1. Mako Yonkomek 3 Paskhas, Medan :
      1. Kompi Markas.
      2. Kompi Bantuan.
    2. Kompi Mekanis 1 Yonkomek 3 Paskhas, BKO Yonko 462 Paskhas Pekanbaru.
    3. Kompi Mekanis 2 Yonkomek 3 Paskhas, BKO Yonko 465 Paskhas Pontianak.
    4. Kompi Mekanis 3 Yonkomek 3 Paskhas, BKO Yonko 469 Paskhas Medan.
  4. Satdik Banpur Paskhas, Makorpaskhas Bandung.

Pembentukan Batalyon Zeni Paskhas

Korps Zeni Tempur adalah pasukan yang sangat dibutuhkan dalam perang. Dalam situasi ekstrem Zeni berada di garis depan untuk membuka jalan gerak laju bagi satuan korps lain terutama Divisi Pasukan Pemukul batalyon-Batalyon Komando Paskhas. Sementara pada situasi damai Zeni membantu pemulihan kerusakan pada objek-objek dan daerah. Zeni adalah bagian insinyur dari pasukan militer yang mengurus persenjataan dan perlengkapan. Zeni bertanggung jawab membuat konstruksi prasarana militer khususnya di daratan, seperti membangun perkubuan, konstruksi dan destruksi militer di medan tempur, penyamaran atau kamuflase dan pelaksanaan zeni tempur khususnya penyediaan fasilitas hidup di lapangan bagi pasukan. Adapun tugas tambahan dari Batalyon Zeni Paskhas adalah membangun secara darurat dan cepat segala fasilitas lapangan udara yang porak poranda berupa runway, tower, aprron dan fasilitas penting pendukung penerbangan lainnya setelah berhasil direbut kembali agar dapat segera dapat difungsikan kembali.
Peralatan Persenjataan Zeni :
  1. IMR Obstacle Clearing Vehicle (Pembuka Jalan. IMR merupakan kendaraan sejenis buldoser dengan panjang 9 meter yang berfungsi membuka jalan. Kendaraan berbasis tank T-72 atau T-90 ini dilengkapi pisau buldoser dan telescopic boom (lengan teleskopik) dengan berbagai jenis pengencang. Kendaraan ini mampu membuka jalan di segala medan yang diinginkan. Di medan yang kasar, IMR dapat membuka jalan sepanjang 12 km dengan kecepatan 5 – 8 km per jam. Sementara di hutan rimba, kecepatan IMR berada di kisaran 300 – 400 meter per jam. Kabin IMR mampu menampung dua orang dan mereka dapat bertahan hidup selama tiga hari dalam kendaraan tersebut. Di dalam kabin terdapat perlengkapan untuk memasak air, memanaskan makanan, bahkan fasilitas toilet. Dengan kendaraan ini, tentara tak perlu takut melewati ladang ranjau atau bahkan radiasi sinar gamma. IMR juga merupakan satu-satunya kendaraan yang dapat bekerja dalam jarak sangat dekat dengan reaktor nuklir. Hal ini terbukti saat IMR digunakan pada hari-hari pertama setelah kecelakaan di stasiun nuklir Chernobyl.
  2. Penyapu Ranjau UR-77 (Slavic Dragon/Meteorit. Kendaraan UR-77 dirancang untuk ‘membuat celah’ pada ladang ranjau musuh. Menurut para ahli, UR-77 ini merupakan kendaraan penakluk ladang ranjau terbaik. UR-77 membawa dua amunisi hulu ledak yang tersambung oleh kabel sepanjang 90 meter. Setiap amunisi berisi lebih dari 700 kg peledak plastik. Saat diluncurkan, roket amunisi akan terbang bersama kabel dan jatuh pada daerah yang ditentukan. Kemudian, amunisi tersebut diledakkan dan membuat ranjau di sekitarnya meledak sehingga terbentuklah jalan selebar 6 meter yang dapat dilalui. Julukan Slavic dragon atau meteorit didapat ‘penyapu ranjau’ ini karena aksi amunisinya terlihat seperti ular naga. Saat amunisi diluncurkan, roket meraung keras di atas tanah dan di belakangnya terdapat kabel panjang yang berliku-liku seperti ekor naga.
  3. Penanam Ranjau GMZ-3.Zeni juga mempunyai kendaraan yang memiliki fungsi berlawanan dengan UR-77 yakni penanam ranjau GMZ-3. Penanam ranjau generasi ketiga ini dapat menanam ranjau dalam jarak beberapa kilometer, baik dalam keadaan tenang ataupun saat perang. Jika dibutuhkan, GMZ-3 juga dapat menyembunyikan amunisi di dalam tanah. Pada modifikasi terbaru, kendaraan ini dilengkapi peralatan navigasi untuk menentukan titik koordinat setiap ranjau yang memudahkan pemetaan kontur lapangan. Pengendara tinggal menentukan langkah penanaman ranjau dan mekanisme pengiriman ranjau tersebut dengan transportasi darat lain. Setelah selesai, ranjau dapat diaktifkan dengan menggunakan peralatan khusus.
  4. Jembatan di atas roda’ TMM-6. Kendaraan berat ini hanya butuh waktu 50 menit untuk membentangkan jembatan mekanik TMM tanpa kesulitan yang berarti. Satu set TMM-6 memiliki panjang 102 meter yang terdiri dari 6 bagian sepanjang 17 meter. Tentara bisa menggunakan 6 set jembatan sepanjang 7 meter, 3 set jembatan sepanjang 34 meter, atau 1 set jembatan dengan panjang 100 meter.Jika tangki bahan bakar terisi penuh, TMM-6 dapat menempuh jarak 1.100 km di jalan tol dengan kecepatan maksimum 70 km/jam.
  5. Pengeruk TMK-2. Traktor TMK-2 dapat membuat parit sepanjang 700 meter dengan kedalaman 1,5 meter dalam waktu 1 jam. TMK-2 juga dapat digunakan untuk mengubah relief tanah seperti menimbun parit atau menggali kolam dengan bantuan buldoser tambahan. Selain itu, TMK-2 bisa pula digunakan untuk pemeliharaaan dan membersihkan jalan dari salju bila dilengkapi alat tambahan. Menurut para ahli, TMK-2 sangat mudah dikendalikan dan mempunyai kemampuan manuver yang tinggi. Hal tersebut membuat kendaraan ini tak tersaingi dalam pembuatan parit jalur pipa, pekerjaan saluran pembuangan air ataupun berbagai jalur lain.

Pembentukan Batalyon Artileri Paskhas

  1. Artileri Medan disingkat Armed merupakan kesatuan bantuan tempur (banpur). Pasukan ini menggunakan meriam sebagai bantuan tembakan jarak jauh dan perusakan wilayah musuh secara luas untuk melindungi gerak laju pasukan divisi para komando Paskhas. Meriam artileri yang digunakan M-101A1 kal 105mm , Meriam M-48 kal 76mm, Meriam Howitzer 155mm, Roket NDL-40.
  2. Artileri Pertahanan Udara disingkat Arhanud merupakan kesatuan bantuan tempur (banpur). Pasukan ini menggunakan canon dan rudal panggul sebagai bantuan tembakan perlindungan udara untuk melindungi pasukan divisi para komando Paskhas.

Pembentukan Batalyon Kesehatan Paskhas

Pembentukan Yonkes didasarkan pada perlunya satuan kesehatan lapangan yang mampu mendukung kesatuan operasional setingkat Kopur ke atas. Yonkes tergabung dalam resimen bantuan tempur Paskhas yang tugas pokoknya mendukung tugas Divisi pasukan para komando Paskhas dalam pertempuran maupun kemanusiaan.Yonkes terdiri atas Mayon, Kompi Markas, Kompi Rumah Sakit Lapangan, Kompi Evakuasi dan Kompi Kesehatan Bantuan. Tugas Pokok Yonkes Paskhas adalah :
  1. Menyelenggarakan segala bentuk pengobatan umum.
  2. Menyelenggarakan pengobatan spesialistik bedah, penyakit dalam, syaraf dan jiwa serta Gilut.
  3. Menyelenggarakan perawatan korban/penderita maksimal 14 hari dengan kekuatan 50 TT.
  4. Menyelenggarakan evakuasi medis darat, air dan udara sepanjang rantai evakuasi
  5. Menyelenggarakan usaha Hygiene dan sanitasi lapangan.
  6. Mengeluarkan sebagian dari kekuatan dalam unit, untuk satuan yang dibantu.
  7. Menyelenggarakan penyaluran bekal kesehatan ulang yang dialokasikan kepada satuan tempur.

Pembentukan Batalyon Komlek Paskhas

Pembentukan Batalyon Bekpalud/Angmor Paskhas

Jumlah Kebutuhan Personel Korpaskhas

Kebutuhan personel Korps Pasukan Khas TNI Angkatan Udara 25.710 orang, terdiri dari :
  1. Makorpaskhas sebanyak = 300 orang
  2. Pusdiklat Paskhas sebanyak = 300 orang
  3. Satbravo sebanyak 3 detasemen x 250 = 750 orang
  4. Den Matra sebanyak 3 detasemen x 250 = 750 orang
  5. Parako PPRC Paskhas
    1. Mako Brigade Parako sebanyak 3 Brigade x 150 = 450 orang
    2. Batalyon Komando PPRC sebanyak 9 Yon x 700 = 6.300 orang
  6. Resimen 400 Hanud Titik Paskhas
    1. Mako Men Hanud Titik sebanyak 3 Resimen x 150= 450 orang
    2. Yon & Den Hanud Titik sebanyak 12 Den x 250 = 3.000 orang
  7. Resimen 100 Hanud Sedang Paskhas
    1. Mako Resimen Hanud Sedang sebanyak = 150 orang
    2. Mako Yon Hanud Sedang sebanyak 4 Yon x 150 = 600 orang
    3. Satbak Hanud Sedang sebanyak 32 Satrad x 30 = 960 orang
  8. Resimen Bantuan Tempur Paskhas
    1. Mako Menbanpur sebanyak 3 Resimen x 150 = 450 orang
    2. Yon Banpur sebanyak 9 Yon x 400 = 3.600 orang
  9. Resimen Bantuan Administrasi Paskhas
    1. Mako Menbanmin sebanyak 3 Resimen x 150 = 450 orang
    2. Yon Banmin sebanyak 9 Yon x 400 = 3.600 orang
  10. Resimen Pertahanan Pangkalan Paskhas
    1. Mako Menhanlan sebanyak = 150 orang
    2. 12 Lanuma kekuatan 12 SSY x 150 = 1.800 orang
    3. 18 Lanud Tipe B kekuatan 18 SSK x 100 = 1.800 orang
    4. 30 Lanud Tipe C kekuatan 30 SST x 35 = 1.050 orang
    5. 65 POS TNI AU kekuatan 65 SSR x 10 = 650 orang
Kebutuhan mendesak dalam memenuhi kebutuhan jumlah personel Paskhas hingga tahun 2024, dihadapkan dengan eskalasi ancaman keamanan regional dengan negara tetangga dan terutama ekspansi RRC yang kian meningkat maka Korpaskhas sebagai komponen tempur TNI Angkatan Udara dapat segera merealisasikan kebutuhan personel dan peralatan tempurnya. Pada tahun 2016 saat ini Paskhas berkekuatan 7000 personel, untuk memenuhi MEF 2024 masih kekurangan personel sebanyak 18.710 personel. Strategi dalam mewujudkannya adalah penambahan jumlah personel setiap tahunnya sebanyak 2.079 personel hingga tahun 2024. Hal tersebut mutlak dilakukan karena Korpaskhas sebagai Kotama Tempur TNI Angkatan Udara bersama dengan Kotama Tempur TNI Angkatan Udara lainnya yaitu Kohanudnas dan Wing Udara Koopsau merupakan kesatuan tempur operasi udara, terdiri dari =
  1. Operasi Serangan udara, Gabungan operasi tempur terdiri dari :
    1. Wing Udara :
      1. Skadron Tempur Strategis.
      2. Skadron Tempur Taktis.
      3. Skadron Intai.
      4. Skadron Angkut.
      5. Skadron Pernika.
    2. Divisi Tempur Paskhas :
      1. Divisi Para Komando Paskhas :
        1. Brigko 1 Paskhas (Yonko 461,462,463)
        2. Brigko 2 Paskhas (Yonko 464,465,466)
        3. Brigko 3 Paskhas (Yonko 467,468,469)
      2. Divisi Bantuan Tempur Paskhas :
        1. Menbanpur 1,2,3 Paskhas.
        2. Menbanminpur 1,2,3 Paskhas.
      3. Sat Bravo "90" Paskhas Anti Teror/Anti Bajak Udara (Special Forces Regiment).
      4. Den Matra 1,2,3 Paskhas.
  2. Operasi Pertahanan Udara (Kohanudnas) :
    1. Wing 300 :
      1. Skadron Udara Tempur Buru Sergap.
      2. Skadron Udara AWACS.
      3. Skadron Udara UAV.
    2. Wing 200 :
      1. Sat Radar Kosekhanudnas I.
      2. Sat Radar Kosekhanudnas II.
      3. Sat Radar Kosekhanudnas III.
      4. Sat Radar Kosekhanudnas IV.
    3. Wing / Resimen 100 Hanud Menengah/Jauh RI Paskhas :
      1. Yon Peluncur Rudal 101 Paskhas (Kosek I)
      2. Yon Peluncur Rudal 102 Paskhas (Kosek II)
      3. Yon Peluncur Rudal 103 Paskhas (Kosek III)
      4. Yon Peluncur Rudal 104 Paskhas (Kosek IV)
    4. Wing / Resimen 400 Hanud Titik Lanuma Paskhas :
      1. Den Hanud 471 - 479 Paskhas.
      2. Yon Arhanud Mobile 1,2 3 Paskhas.
  3. Operasi Dukungan Udara :
    1. Pangkalan Udara.
    2. Yon Hanlan Paskhas.

Struktur Organisasi Korpaskhas

  1. Satuan Bravo '90/Anti Teror-Bogor
    1. Detasemen 901/Intelijen-Bogor (Telah Terbentuk)
    2. Detasemen 902/Aksi Khusus-Bogor (Telah Terbentuk)
    3. Detasemen 903/Bantuan Teknik-Bogor (Telah Terbentuk)
  2. Satuan Kawal dan Protokoler/Satwalkol Paskhas-Mabes TNI AU Jakarta
    1. Detasemen Kawal Protokoler/Denwalkol 1 Paskhas - Mabes TNI AU Jakarta (Telah Terbentuk)
    2. Detasemen Kawal Protokoler/Denwalkol 2 Paskhas - Lanuma Surabaya - Surabaya (Segera)
    3. Detasemen Kawal Protokoler/Denwalkol 3 Paskhas - Lanuma Ngurah Rai - Bali (Segera)
  3. Resimen/Wing 100 Peluru Kendali Hanud Menengah/Jauh-Makorpaskhas-Bandung
    1. Detasemen Khusus Rudal (Densus Rudal) Paskhas Perisai Udara Istana Negara (Segera)
    2. Yon 101 Peluru Kendali Kosekhanudnas I (Segera)
    3. Yon 102 Peluru Kendali Kosekhanudnas II (Segera)
    4. Yon 103 Peluru Kendali Kosekhanudnas III (Segera)
    5. Yon 104 Peluru Kendali Kosekhanudnas IV (Segera)
    6. Yon 105 Depo Pemeliharaan
  4. Resimen Bantuan Tempur/Makorpaskhas-Bandung
    1. Yon Kavaleri (Kekuatan = Kompi Bantuan dan Kompi Markas)
      1. Kompi A Jadi Kekuatan Yon Banpur Divisi I Paskhas.
      2. Kompi B Jadi Kekuatan Yon Banpur Divisi II Paskhas.
      3. Kompi C Jadi Kekuatan Yon Banpur Divisi III Paskhas.
    2. Yon Armed (Kekuatan = Kompi Bantuan dan Kompi Markas)
      1. Kompi A Jadi Kekuatan Yon Banpur Divisi I Paskhas.
      2. Kompi B Jadi Kekuatan Yon Banpur Divisi II Paskhas.
      3. Kompi C Jadi Kekuatan Yon Banpur Divisi III Paskhas.
    3. Yon Zeni (Kekuatan = Kompi Bantuan dan Kompi Markas)
      1. Kompi A Jadi Kekuatan Yon Banpur Divisi I Paskhas.
      2. Kompi B Jadi Kekuatan Yon Banpur Divisi II Paskhas.
      3. Kompi C Jadi Kekuatan Yon Banpur Divisi III Paskhas.
  5. Resimen Bantuan Administrasi/Makorpaskhas-Bandung
    1. Yon Kesehatan (Kekuatan = Kompi Bantuan dan Kompi Markas)
      1. Kompi A Jadi Kekuatan Yon Banminpur Divisi I Paskhas.
      2. Kompi B Jadi Kekuatan Yon Banminpur Divisi II Paskhas.
      3. Kompi C Jadi Kekuatan Yon Banminpur Divisi III Paskhas.
    2. Yon Komlek (Kekuatan = Kompi Bantuan dan Kompi Markas)
      1. Kompi A Jadi Kekuatan Yon Banminpur Divisi I Paskhas.
      2. Kompi B Jadi Kekuatan Yon Banminpur Divisi II Paskhas.
      3. Kompi C Jadi Kekuatan Yon Banminpur Divisi III Paskhas.
    3. Yon Bekpalud/Angmor (Kekuatan = Kompi Bantuan dan Kompi Markas)
      1. Kompi A Jadi Kekuatan Yon Banminpur Divisi I Paskhas.
      2. Kompi B Jadi Kekuatan Yon Banminpur Divisi II Paskhas.
      3. Kompi C Jadi Kekuatan Yon Banminpur Divisi III Paskhas.
  6. Divisi I Pasukan Khas (komposit)-Jakarta
    1. Detasemen Matra-1/Naga Pasa-Jakarta (Telah Terbentuk)
    2. Batalyon-1 Bantuan Tempur BS Paskhas - Jakarta
      1. Kompi A Kavaleri, Yonkav Menbanpur Paskhas Makorpaskhas
      2. Kompi A Armed, Yonarmed Menbanpur Paskhas Makorpaskhas
      3. Kompi A Zeni, Yonzeni Menbanpur Paskhas Makorpaskhas
      4. Kompi A Kesehatan, Yonkes Menbanminpur Paskhas Makorpaskhas
      5. Kompi A Komlek, Yonkomlek Menbanminpur Paskhas Makorpaskhas
      6. Kompi A Bekpalud/Angmor, YonBekpalud/Angmor Menbanminpur Paskhas Makorpaskhas
    3. Batalyon-1 Hanlan/Paskhas
      1. Kompi Hanlan Jakarta (Segera)
      2. Kompi Hanlan Bogor (Segera)
      3. Kompi Hanlan Subang (Segera)
      4. Kompi Hanlan Yogyakarta (Segera)
      5. Kompi Hanlan Madiun (Segera)
      6. Kompi Hanlan Balikpapan (Segera)
      7. Kompi Hanlan Pontianak (Segera)
    4. Brigade/Wing 1 - Para Komando PPRC Paskhas
      1. Batalyon Komando 461/Cakra Bhaskara-Jakarta (Telah Terbentuk)
      2. Batalyon Komando 463/Trisula-Madiun (Telah Terbentuk)
      3. Batalyon Komando 467/Hardha Dedali-Jakarta (Telah Terbentuk)
    5. Resimen/Wing 1 Arhanud Paskhas
      1. Yon Arhanud 1 Mobile Rudal Manpad QW - Jakarta (Segera)
      2. Detasemen Hanud 471/Kunta Wijayandanu-Jakarta (Telah Terbentuk)
      3. Detasemen Hanud 474/Kunta Wijayandanu-Jogjakarta (Telah Terbentuk)
      4. Detasemen Hanud 475/ Lanuma Iswahyudi Madiun (Segera)
  7. Divisi II Pasukan Khas (komposit)- Makassar
    1. Detasemen Matra-2/Naga Pasa-Malang (Telah Terbentuk)
    2. Batalyon-2 Bantuan Tempur BS Paskhas - Makasar
      1. Kompi B Kavaleri, Yonkav Menbanpur Paskhas Makorpaskhas
      2. Kompi B Armed, Yonarmed Menbanpur Paskhas Makorpaskhas
      3. Kompi B Zeni, Yonzeni Menbanpur Paskhas Makorpaskhas
      4. Kompi B Kesehatan, Yonkes Menbanminpur Paskhas Makorpaskhas
      5. Kompi B Komlek, Yonkomlek Menbanminpur Paskhas Makorpaskhas
      6. Kompi C Bekpalud/Angmor, Yon Bekpalud/Angmor Menbanminpur Paskhas Makorpaskhas
    3. Batalyon-2 Hanlan/Paskhas
      1. Kompi Hanlan Menado (Segera)
      2. Kompi Hanlan Bali (Segera)
      3. Kompi Hanlan Kupang
      4. Kompi Hanlan Jayapura (Segera)
      5. Kompi Hanlan Merauke (Segera)
      6. Kompi Hanlan Biak
      7. Kompi Hanlan Makasar (Segera)
    4. Brigade/Wing 2 - Para Komando PPRC Paskhas
      1. Batalyon Komando 464/Nanggala-Malang (Telah Terbentuk)
      2. Batalyon Komando 466/Pasopati-Makassar (Telah Terbentuk)
      3. Batalyon Komando 468/Sarotama-Biak (Telah Terbentuk)
    5. Resimen/Wing 2 Arhanud Paskhas
      1. Yon Arhanud 2 Mobile Rudal Manpad QW - Malang (Segera)
      2. Detasemen Hanud 472/Kunta Wijayandanu-Makassar (Telah Terbentuk)
      3. Detasemen Hanud 476/ Lanuma Biak
      4. Detasemen Hanud 477/ Lanuma Kupang
  8. Divisi III Pasukan Khas (komposit)- Medan
    1. Detasemen Matra-3/ Medan (Segera)
    2. Batalyon-3 Bantuan Tempur BS Paskhas - Medan
      1. Kompi C Kavaleri, Yonkav Menbanpur Paskhas Makorpaskhas
      2. Kompi C Armed, Yonarmed Menbanpur Paskhas Makorpaskhas
      3. Kompi C Zeni, Yonzeni Menbanpur Paskhas Makorpaskhas
      4. Kompi C Kesehatan, Yonkes Menbanminpur Paskhas Makorpaskhas
      5. Kompi C Komlek, Yonkomlek Menbanminpur Paskhas Makorpaskhas
      6. Kompi C Bekpalud/Angmor, Yon Bekpalud/Angmor Menbanminpur Paskhas Makorpaskhas
    3. Batalyon-3 Hanlan/Paskhas
      1. Kompi Hanlan Medan
      2. Kompi Hanlan Pekanbaru (Segera)
      3. Kompi Hanlan Palembang (Segera)
      4. Kompi Hanlan Padang
      5. Kompi Hanlan Aceh (Segera)
      6. Kompi Hanlan Lampung
      7. Kompi Hanlan Batam
    4. Brigade/Wing 3 - Para Komando PPRC Paskhas
      1. Batalyon Komando 462/Pulanggene-Pekanbaru (Telah Terbentuk)
      2. Batalyon Komando 465/Brajamusti-Pontianak (Telah Terbentuk)
      3. Batalyon Komando 469/Pancawara-Medan (Telah Terbentuk)
    5. Resimen/Wing 3 Arhanud Paskhas
      1. Detasemen Hanud 473/Kunta Wijayandanu-Pontianak (Telah Terbentuk)
      2. Detasemen Hanud 478/ Lanuma Pekanbaru (Segera)
      3. Detasemen Hanud 479/ Lanuma Medan (Segera)
  9. Pusdiklat Pasukan Khas-Bandung
    1. Satdik Purrat (Telah Terbentuk)
    2. Satdik Matra (Telah Terbentuk)
    3. Satdik Hanud (Telah Terbentuk)
    4. Satdik Khusus (Telah Terbentuk)
    5. Satdik Banpur (Segera)
  10. Keterangan
    1. Khusus Tiap Yonko terdiri atas 6 Kompi (Kipan A,B,C,Bantuan, Mekanis & Markas). tiap kompi terisi penuh 150 personel sebagai Pasukan Pemukul yang bersifat Mobile.
    2. Khusus Yonko adalah Spesialisasi PPRC Nasional secara penuh.
    3. Tiap Den Hanud terdiri atas 3 Bateray, tiap bateray terisi 3 Satbak Alutsista berupa Hanud Skyshield yaitu Canon 35 mm dan Rudal Chiron.
    4. Ditiap Lanuma ditempatkan Den Hanud sebagai Hanud Statis/Fix.
    5. Tiap Satrad sudah terintegrasi dengan Satbak2 Satrudal menengah/jauh Wing/Men 100 Paskhas
    6. Yon Arhanud Mobile Alutsista Rudal Manpad QW3, Radar Mobile Smart Hunter dan Meriam Triple Gun bertugas melindungi di seluruh Lanud yang sewaktu-waktu membutuhkan perlindungan udara.
    7. Tiap Kompi Hanlan terisi 60-75 personel.
    8. Pembentukan Menbanpur dimulai dengan peningkatan status Satkomlek dan Satkeslap di Makorpaskhas Bandung ditingkatkan menjadi Yon Komlek Paskhas dan Yonkes Paskhas.
    9. Fasilitas dukungan Angmor angkut pasukan dan Rantis didukung secara penuh di tiap kompi dan bateray.

Kualifikasi

Paskhas TNI-AU sebagai pasukan khusus Angkatan Udara satu-satunya dan berkualifikasi terlengkap didunia ini memiliki berbagai kemampuan tempur khas matra udara seperti Pengendali Tempur (Dalpur), Pengendali Pangkalan (Dallan), SAR Tempur, Jumping Master, Pertahanan Pangkalan yang meliputi pertahanan horizontal (Hanhor) dan pertahanan vertikal (Hanver), Penangkis Serangan Udara, jungle warfare, Air Assault (Mobud), Raid operation hingga kemampuan anti teror aspek udara atau yang dikenal sebagai ATBARA (Anti Pembajakan Udara). Selain itu Paskhas TNI-AU juga mahir untuk bertempur di hutan, perkotaan,laut maupun pantai.
Paskhas TNI-AU juga memiliki kemampuan spesialisasi kematraudaraan untuk melaksanakan doktrin OP3UD seperti Pengaturan Lalu-Lintas Udara (PLLU), Meteo, Komunikasi-Elektronika (Komlek), Perminyakan (Permi), Zeni lapangan (termasuk pionir, tali-temali, dll), Intelijen Tempur, Kesehatan, ground handling, Pemadam Kebakaran (PK), Angkutan, Perhubungan (PHB) hingga kemampuan khusus untuk menginformasikan tentang fasilitas penerbangan sebelum pesawat datang, jarak pandang (visibility), kecepatan dan arah angin, suhu dan kelembaban udara, serta ketinggian dan jenis awan. Hal ini sangat berkaitan dalam menentukan penembakan sasaran maupun penerjunan pasukan, dan membantu mengendalikan pesawat tempur untuk penembakan/pengeboman sasaran (Ground Forward Air Control/GFAC)
Tidak main-main, para personel Paskhas juga memiliki kemampuan khusus sebagai Air Traffic Controller (ATC) di sebuah bandara. Memang tidak ada satupun pasukan komando seperti Paskhas didunia saat ini.
Karena Paskhas merupakan pasukan komando, maka dalam melaksanakan operasi tempur, jumlah personel yang terlibat relatif sedikit digunakan apabila melaksanakan tugas rahasia/senyap/khusus akan melibatkan Satuan Bravo Paskhas dan Den Dalpur Paskhas. Operasi tempur yang memerlukan serangan besar-besaran maka melibatkan pasukan Pasukan Parako PPRC Paskhas dan Arhanud PSU Paskhas serta Batalyon Bantuan Tempur Paskhas.

Organisasi pasukan


Lambang Lama Korpspaskhas

Lambang Baru Korpspaskhas

Betge Korpspaskhas

Kualifikasi Korpspaskhas
Berdasarkan Peraturan Panglima Tentara Nasional Indonesia Nomor 2 Tahun 2013 tentang Validasi Organisasi dan Tugas Korpaskhas dan Peraturan Kepala Staf Angkatan Udara Nomor 6 Tahun 2013 tanggal tentang Validasi Organisasi Korpaskhas, maka tanggal 17 Oktober 2013 telah dilaksanakan pengukuhan atas organsasi dan tugas Korpaskhas yang baru yaitu peningkatan status Detasemen Bravo 90 menjadi Satuan Bravo 90, peningkatan Tim Aksus, Tim Intel dan Tim Baniksu masing-masing menjadi Detasemen, Perubahan status Wing III Diklat menjadi Pusdiklat Paskhas, pembentukan dua Detasemen Matra (berasal dari kompi matra Yon 461 dan 464), pembentukan satuan baru Detasemen Hanud, pembentukan satuan baru Wing III, pembentukan satuan baru Yon 469 dan perubahan status semua batalyon Paskhas yang selama ini bersifat komposit menjadi lebih spesifik yakni batalyon komando (yonko 461-469).
Semangat baru tumbuh seiring kekompakan yang terjalin di antara sesama Perwira Korpaskhas dan Pimpinan TNI AU guna menjadikan Korpaskhas sebagai kekuatan utama Komando Tempur TNI Angkatan Udara khususnya dan TNI serta NKRI pada umumnya sebagaimana yang termaksud dalam Rencana Strategis (Renstra) Korpaskhas 2015 - 2019 yaitu :
  1. Regrouping Yonko 461 sampai dengan Yonko 469 menjadi 3 Brigade Parako Paskhas.
  2. Regrouping Den Hanud 471 sampai dengan Den Hanud 479 serta 3 Yon Arhanud Mobile QW menjadi 3 Resimen Arhanud.
  3. Mengaktifkan kembali Resimen/Wing 100 yang terdiri dari 4 Baterai/Satbak Peluncur Rudal Jarak Sedang.
  4. Membentuk Resimen Bantuan Tempur Paskhas sebagai pasukan bantuan kepada Divisi Parako PPRC Paskhas di Makorpaskhas yang terdiri dari Yonkav Panser, Yon Armed, Yon Zeni, serta Yonkes,Yon Komlek dan Yon Bekpalud/Angmor.

Hierarki

Korps Pasukan Khas TNI-AU adalah satu satunya wadah berbentuk korps bagi pasukan berkualifikasi khusus di TNI-AU bahkan dalam TNI. Korpaskhasau bersanding dengan Kopassus TNI AD adalah Pasukan khusus berstatus KOMANDO resmi yang dimiliki oleh TNI. Hal ini karena 2 organisasi pasukan khusus ini bersifat (KOTAMA) BERDIRI SENDIRI dengan pelatihan dan kemampuan serang yang sangat lethal secara individual. Paskhas lahir sebagai pasukan komando sejak masa kelahirannya. Mereka diterjunkan dengan unit kecil di belakang garis pertahanan lawan dan langsung menusuk jantung pertahanan musuh. Maka itulah para personel pasukan payung ini dididik dengan metode komando yang diadopsi dari SAS Inggris (melalui pendidikan di Pusdik RPKAD). Metode pendidikan komando “ala baret merah” mulai dilakukan di Pusdiklat Paskhas sejak Paskhas masih bernama KOPPAU. Personil Paskhas juga diperkenankan tetap memakai baret jingga kebanggaannya dan PDH Komando/PDH Khusus saat mengikuti berbagai upacara resmi kenegaraan.Korpaskhasau memakai sebutan “Pasukan” untuk jargon korps nya disingkat (Psk).
Pengabdian Paskhas terus berlanjut seiring dengan tuntutan tugas yang dibebankan kepada TNI Angkatan Udara pada umumnya dan Korpaskhas pada khususnya. Pengabdian Paskhas tersebut, dapat dilihat dari andil Paskhas yang tidak pernah absen di berbagai bentuk operasi, baik operasi militer perang (OMP) maupun operasi militer selain perang (OMSP). Sekarang ini, Korpaskhas telah tumbuh dan berkembang menjadi salah satu andalan sekaligus kebanggaan, yang dipercaya menjadi kekuatan pasukan pemukul di darat khas TNI Angkatan Udara. Organisasi Korpaskhas disusun menjadi dua tingkat yaitu Tingkat Markas Komando Korps Pasukan Khas TNI Angkatan Udara disingkat Mako Korpaskhas dan Tingkat Pelaksana. Di Tingkat Mako Korpaskhas terdiri dari eselon pemimpin, eselon pembantu pimpinan/staf, eselon pelayanan, dan eselon pelaksana pusat, yang membawahi satuan-satuan di bawahnya. Sedangkan di Tingkat Pelaksana membawahi Wing I, Wing II Paskhas dan Wing IIIPaskhas, Satuan Bravo 90 Pasukan Khas , dan Detasemen Matra, detasemen Hanud dan Pusdiklat Paskhas.
Paskhas juga berniat mendatangkan lagi kendaraan taktis serbu sejenis Dirgantara Military Vehicle (DMV) buatan PT DI yang terbukti handal dan kini telah dipakai oleh pasukan elit Paskhas Detasemen Bravo-90.
Korps baret jingga ini telah diperkuat dengan kedatangan 200 rudal panggul permukaan ke udara QW (QianWei)-3. Rudal Manpad QW-3 perorangan (diharapkan penambahan sekitar 300 unit lagi untuk Pam Sat Radar) Rudal QW-3 dilengkapi penjejak semi-active laser guidance, cocok untuk menggasak pesawat tempur maupun rudal lain dalam ketinggian rendah sampai dengan jarak 8 km. Memiliki bobot 13 kg dan kecepatan maksimum 750 km/jam. Senjata ini dipergunakan untuk menggantikan Triple gun buatan Hispano Suiza (Switzerland) tahun 1950-an dan DSHK 12,7 mm. Juga beberapa saat yang lalu diujicobakan PT Pindad senjata meriam pesawat direhab untuk dijadikan senjata berat darat untuk Korpaskhas.
Paskhas juga tengah berupaya mendatangkan 10 baterai PSU jarak pendek berupa Oerlikon kaliber 35 mm untuk hanud titik model komposit yang sudah terintegrasi antara rudal, meriam, radar dan pos komando taktis. Senjata ini sudah menggunakan teknologi tercanggih dan telah digunakan oleh banyak negara Eropa. Menurut rencana, senjata PSU ini akan ditempatkan di 10 Lanud Utama TNI-AU. Salah satu kelebihan utama lainnya untuk PSU Oerlikon kaliber 35 mm ini adalah kemampuannya untuk dapat dimobilisasi dengan pesawat Hercules. TNI AU juga berencana untuk pembelian Rudal Jarak Sedang/JSe pengganti Rudal S-75/SA-2 guidelines. Kedepan dengan rencana kedatangan bateray-bateray meriam oerlicon contraves 35 mm, penambahan jumlah rudal manpad QW-3 dan beberapa unit meriam triple gun yang masih bagus serta rencana Kohanudnas untuk menghidupkan kembali Satuan Rudal Jarak Menengah maka diharapkan dapat dibentuk beberapa batalyon artileri meriam hanud dan beberapa detasemen bateray rudal baru untuk ditempatkan di tiap-tiap wing paskhas.
Kedepan untuk pengembangan Korpaskhas dengan Alut Sista PSU saat ini yang telah dipunyai, yaitu :
  1. Artileri Hanud Meriam tripple Gun thn 1950 (dari 55 unit tinggal 16 unit yang layak pakai)
  2. Rudal Manpad QW-3 perorangan (sekitar 200 unit)
Rencana Pengadaan Alut Sista PSU baru berupa:
  1. Artileri Hanud Meriam Oerlicon Contraves 35 mm (diharapkan 55 unit pengganti Tripple Gun 1950)
  2. Rudal Manpad QW-3 perorangan (diharapkan penambahan sekitar 300 unit lagi untuk Pam Sat Radar)
  3. Rudal Jarak Sedang/JSe pengganti Rudal S-75/SA-2 guidelines (diharapkan 7 bateray)
Paskhas kini mengupayakan untuk mengganti senjata perorangan SS – 1 yang kabarnya akan digantikan SiG-552 ataupun SS-2. Terutama untuk menyiapkan batalyon-batalyon komando 461 sampai dengan 469 sebagai pasukan pemukul Para Komando, maka dalam tiap regu di tiap batalyon paskhas akan dilengkapi dengan senjata SS2-V1 WITH PINDAD 40mm GRENADE LAUNCHER dan Squad Automatic Weapon senapan mesin ringan seperti FN Minimi(Senjata Otomatis Regu). Sedangkan di dalam kompi bantuan akan dilengkapi dengan SMB (Senapan Mesin Berat) DShk-38 dirancang sebagai senjata pemukul untuk sasaran darat dan udara jarak pendek. SMB ini biasa digunakan oleh unit kavaleri dan infantri. Pada unit kavaleri, DShK sudah menjadi standar ditempatkan pada turret beragam MBT (Main Battle Tank), bahkan tank ringan, panser dan rantis pick up.dalam infantri, wajar bila DShK dioperasikan dengan case khusus beroda dua, mirip dengan model meriam/kanon. Dengan demikian SMB ini mudah digerakkan, dibawa atau dipindahkan dengan bantuan pengait pada jip atau truk.

Kekuatan pasukan

Paskhas saat ini berkekuatan 7.300-an personel. Dalam beberapa waktu kedepan direncanakan Paskhas TNI-AU akan mendapatkan 40 buah panser buatan Pindad sebagai cikal bakal Batalyon Kavaleri Paskhas. Rencana ini tengah mengalami negoisasi ulang untuk diadakan penambahan jumlahnya dikarenakan ranpur sejenis Panser dinilai sangat cocok untuk mendukung tugas sebagai bantuan tempur dari Batalyon-batalyon tempur Para Komando dengan karakteristiknya sebagai pasukan pemukul reaksi cepat paskhas TNI AU selain juga panser sangat diperlukan untuk pasukan pertahanan pangkalan. Sebelumnya konsep tugas Paskhas adalah sebagai pasukan pertahanan pangkalan (Defensif) maka sekarang konsep akan diubah menjadi pasukan pemukul (ofensif) dan pasukan pertahanan (defensif). Begitu juga untuk Dalam konsep penggelaran pasukan berintensitas tinggi, TNI mengenal istilah PPRC (Pasukan Pemukul Reaksi cepat) yang mana paskhas sebagai satuan TNI berkualifikasi Para Komando merupakan nyawa atau inti dari pasukan PPRC TNI dan sebagai pendukungnya adalah batalyon-batalyon linud kostrad. PPRC adalah pasukan pemukul TNI untuk menghadapi kondisi kondisi darurat di wilayah NKRI.
Kedepan untuk pengembangan Korpaskhas dengan Alut Sista PSU saat ini yang telah dipunyai, yaitu :
  1. Artileri Hanud Meriam tripple Gun thn 1950 (dari 55 unit tinggal 16 unit yang layak pakai)
  2. Rudal Manpad QW-3 perorangan (sekitar 200 unit)
Rencana Pengadaan Alut Sista PSU baru berupa:
  1. Artileri Hanud Meriam/Rudal jarak dekat Oerlicon Contraves skyguard pengganti tripple gun th 1950 (diharapkan 10 bateray, idealnya 40 bateray di tiap pangkalan udara)
  2. Rudal Manpad QW-3 perorangan (diharapkan penambahan sekitar 300 unit lagi untuk Pam Sat Radar)
  3. Rudal Jarak Sedang/JSe S-300 pengganti Rudal S-75/SA-2 guidelines (diharapkan 7 bateray, idealnya 32 baterai di 32 satrad)

SATUAN BRAVO '90/AT

Satuan Bravo 90 adalah pengembangan dari Detasemen Bravo 90 (disingkat Den Bravo-90) adalah pasukan khusus anti teror Indonesia dengan kemampuan khusus yang di bentuk di lingkungan Korps Pasukan Khas TNI-AU pada tahun 1990, Bravo berarti yang terbaik. Konsep pembentukannya merujuk kepada pemikiran Jenderal Guilio Douchet: Lebih mudah dan lebih efektif menghancurkan kekuatan udara lawan dengan cara menghancurkan pangkalan/instalasi serta alutsista-nya di darat daripada harus bertempur di udara. Moto: Catya Wihikan Awacyama Kapala artinya Setia, Terampil, Berhasil

Pengukuhan Satuan Bravo-90/AT

Dikukuhkan pada tanggal 16 September 1999 oleh KSAU Marsekal Hanafie Asnan. Dalam melaksanakan operasinya, Bravo dapat juga bergerak tanpa identitas. Bisa mencair di satuan-satuan Paskhas, atau seorang diri. Layaknya dunia intelijen Bukan main-main, Bravo-90 juga melengkapi personelnya dengan beragam kualifikasi khusus tempur lanjut, mulai dari combat free fall, scuba diving, pendaki serbu, teknik terjun HALO (High Altitude Low Opening) atau HAHO (High Altitude High Opening), para lanjut olahraga dan para lanjut tempur (PLT), dalpur trimedia (darat, laut, udara), selam, tembak kelas 1, komando lanjut serta mampu menggunakan teknologi informasi dan komunikasi dengan sarana multimedia. Pasukan elit ini juga kebagian jatah untuk berlatih menembak dengan menggunakan peluru tajam tiga kali lipat lebih banyak dari pasukan reguler lainnya. Hal ini dimaksudkan untuk melatih ketepatan dan kecepatan mereka untuk bertindak dalam waktu sepersekian detik.
Satuan Bravo '90 mempunyai Detasemen, yaitu :
  1. Den 901/Intelijen
  2. Den 902/Aksi Khusus
  3. Den 903/Banniksus
Semua Detasemen mempunyai keahlian yang merata di bidang counter terrorism. Pasukan “inti” baret jingga ini juga kerap berlatih dengan Gultor Kopassus, Kopaska TNI-AL dan Den Jaka Marinir. Satuan Bravo saat ini sudah memiliki fasilitas pertempuran jarak dekat (CQB). Bahkan untuk latihan pembebasan sandera di pesawat, Satuan Bravo langsung melaksanakannya di dalam pesawat baik milik TNI-AU maupun PT. DI. Satuan Bravo juga menjadi pasukan khusus pertama di Indonesia yang mampu menguasai ilmu bela diri Systema yang merupakan ciri khas dari pasukan elit Rusia.

Tahap Pendidikan Bravo-90/AT

Pendidikan Satuan Bravo sekitar 6 bulan. Dilaksanakan di Kodiklat Paskhas Satdik 02 Lanjut dan Satdik 04 Khusus. Anggotanya diseleksi dari siswa terbaik peringkat 1-40 lulusan sekolah komando Paskhas dan personel aktif di Wing/Resimen/Batalyon/Detasemen. Semua diseleksi ketat mulai dari IQ, kesemaptaan, keahlian spesialisasi militer yang dibutuhkan serta kesehatan. Semua dengan asistensi lembaga TNI-AU yang berkompeten dengan bidang masing – masing. Nampaknya para pelatih Detasemen Penanggulangan Teror “ala” Pasukan khusus TNI-AU ini tak main – main. Peluru tajam digunakan dalam latihan tahap akhir. Alhasil para calon Bravo juga penuh perhitungan, cermat, cepat sekaligus tepat dalam bertindak. Bertempur total dan habis – habisan. Itulah kesimpulan akhir pendidikan Bravo. Mereka tercetak menjadi prajurit elit Paskhas yang siap diterjunkan di mana saja baik di Luar Negeri maupun di seluruh Indonesia. Setelah lulus, para personel Bravo muda ini berhak atas brevet bravo, lambang, Call Sign dan perlengkapan tempur standard Bravo lainnya. Mereka juga dibagi ke dalam 3 tim Alfa dan Tim Ban Nik. Bagi para personel Bravo yang telah dianggap senior, bisa dipindahkan ke Tim khusus yang tak lain “berisi” prajurit Bravo berkemampuan di luar matra udara yaitu Frogmens yang mampu melakukan infiltrasi lewat laut, Selam Tempur, UDT, EOD, Zeni Demolisi, Penerbangan, elektronika dll.

Rentang Penugasan Satuan Bravo-90/AT

Dimulai sejak 1992 dalam pengamanan KTT di Jakarta, Misi pemulangan TKI Cina, dan misi Geser Tim – Tim sebagai buntut lepasnya Tim – tim dari NKRI. Bravo ditugasi mengendalikan Bandara Komoro dalam satgas ITFET (Indonesian Task Force in East Timor), namun pengamanan pusat kota juga dipercayakan kepada komando Bravo. Mereka bertugas sampai detik-detik akhir turunnya merah-putih dari bumi Lorosae Setelah itu dalam konflik Ambon, Bravo mengalami berbagai peperangan frontal dari darat ke darat dalam menyekat 2 kubu yang bertikai. Bravo tergabung dalam Yon Gab 1 bersama Kopassus dan Taifib Marinir. Dalam konflik Aceh, Bravo ditugasi untuk mengamankan bandara dan lanud di seluruh wilayah NAD. Juga dalam operasi bertaraf Internasional di antaranya meliputi : Tim Khusus pasukan perdamaian PBB dan Operasi penyelamatan evakuasi WNI di Luar Negeri.

Inventaris Senjata Satuan Bravo-90/AT

Pistol Scorpion sudah tinggal kenangan. Kini Bravo memiliki senjata jagonya CQB yaitu MP 5. Sebagian adalah hibah dari Korea. Namun begitu masih bagus. Pistol pun pakai SiG Sauer. Anggota Bravo dilengkapi uniform full gears dengan peralatan terbaru. Mulai dari rompi anti peluru, NVG, GPS, pelindung kaki dan lutut, sepatu khusus, pelindung mata, pisau lempar sampai alat komunikasi point to point. Bahkan dalam situasi khusus, Bravo bisa memboyong pesawat – pesawat TNI-AU dari pesawat angkut sampai pesawat tempur untuk menyokong misi operasinya. Bravo juga kini telah memiliki senjata SAR-21 (Singapore Air Rifle). Kabarnya Bravo mendapat 50 buah senjata jenis ini dari Mabes TNI. Kedepan Den Bravo ’90 sebagai pasukan khusus andalan TNI akan dilengkapi dengan berbagai peralatan persenjataan termodern dan high teknologi untuk menyongsong perang masa depan yang lebih Global dan Moden. Dan Mendatang akan lebih lengkap, modern dan profesional menuju pasukan elite kelas dunia untuk menjadi pagar dan benteng NKRI.

Kendaraan Taktis Satuan Bravo-90/AT

Detasemen Bravo-90 Paskhas TNI-AU saat ini setidaknya mengoperasikan beberapa jenis kendaraan taktis antara lain:
  1. Land Rover Defender MRCV (multi role combat vehicle)
  2. Dirgantara Military Vehicle (DMV-30T)
  3. Beberapa Rantis Lainnya (amfibi,dll)
Land Rover Defender MRCV (multi role combat vehicle) Kendaraan taktis (rantis) Bravo-90 Land Rover Defender MRCV (multi role combat vehicle)yang satu ini memang khusus. Termasuk Land Rover jenis defender heavy duty antipeluru yang dilengkapi tangga lipat serta penyangga mobil. Tangga ini lazim digunakan dalam penyerbuan gedung (building assault). Agar mobil berdiri stabil, penyangga diturunkan secara hidraulik untuk menahan goyangan. Melihat tongkrongannya, rantis Bravo-90 ini adalah jenis Defender Td5 dengan basis station wagon sasis panjang. Mobil yang dari pabrikannya dilego seharga 20.495 poundsterling (standar) ini ditenagai mesin disel berkapasitas 2500cc. Bila disimak lebih jauh, tentu saja ada fasilitas khusus yang ditambahkan. Sebut saja plat pijakan kaki yang menempel disekeliling bodi mobil. Tentu saja bukan tanpa tujuan fasilitas tadi dibuat. Plat berfungsi sebagai pijakan pasukan yang berdiri disekeliling mobil. Dengan demikian maka pasukan bisa di drop dengan cepat.
Dirgantara Military Vehicle (DMV-30T) Kendaraan sejenis “Humvee” dan bertampang “sangar” ini adalah produk pertama dan asli rakitan PTDI. Kendaraan ini mendapat nomor register di lingkungan TNI-AU yakni 4020-10. DMV menggunakan mesin disel 3000 cc Ford Ranger dan teknologi Mazda Tampilannya semakin perkasa dengan senjata utama senapan mesin GRMG yang disimpan di bagian atap kendaraan, serta senjata FN Minimi kaliber 5,56 mm yang menyembul keluar dari kabin depan yang tidak dipasangi kaca. Gerakan mobil anyar itu dipastikan tetap lincah, baik di jalan raya maupun di medan yang terjal sekalipun. Empat buah ban ukuran besar melekat di dua as dengan ketinggian jarak lantai kabin ke tanah sekitar 90 centimeter. Apabila tertembak, bagian ban masih akan tetap berdiri dan berfungsi maksimal karena dilengkapi dengan lapisan besi yang dipasang melingkar pada bagian ban. Kendaraan tempur ini didesain untuk kapasitas empat orang prajurit dengan jok yang terbuat dari fibre glass yang dicat khas warna loreng TNI. DMV mempunyai ketahanan perjalanan hingga 600 kilometer. Berbeda dengan kendaraan biasanya, sasis DMV dibangun dengan besi-besi pipa berkualitas sesuai dengan standard dan spesifikasi kendaraan versi militer Ranpur DMP-30T produksi PT DI, yang diawaki prajurit Paskhasau dari satuan Denbravo dengan dilengkapi persenjataannya

Markas Satuan Bravo-90/AT

Pada tahun 2009, Detasemen Bravo-90 telah menempati markas barunya seluas beberapa hektare di daerah Rumpin, Bogor. Daerah ini dinilai sangat strategis karena dekat dengan dua lanud utama TNI-AU yaitu Lanud Atang Sanjaya, Bogor dan Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta sehingga mudah untuk menggerakkan pasukan keseluruh wilayah Indonesia. Daerah ini juga memiliki akses yang cepat ke pusat pemerintahan (khususnya Istana Negara Jakarta dan Istana Bogor, Gedung MPR-DPR serta Mabes TNI di Cilangkap) maupun dengan pintu gerbang negara di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Cengkareng. Selain itu Den Bravo-90 juga direncanakan untuk dapat melindungi Pusat Pengembangan dan Pengkajian Iptek (Puspiptek) milik BPPT dan fasilitas LAPAN di daerah Serpong, Tangerang

Komandan

Komandan Korpaskhas Pertama TNI Angkatan Udara yang kala itu bernama Pasukan Gerak Tjepat adalah Komodor Udara (U) PGT RHA Wiriadinata. Saat ini Komandan Korpaskhas (Dankorpaskhas) adalah Marsekal Muda TNI T. Seto Purnomo, menggantikan Marsekal Muda TNI Adrian Wattimena. Sebelumnya, T. Seto Purnomo, menjabat sebagai Wakil Komandan Korps Pasukan Khas.[8]

Operasi Militer

Penumpasan RMS, DI/TII dan PRRI/PERMESTA

Ketika terjadi beberapa pemberontakan di bumi Pertiwi ini, PPP ditugaskan pula untuk menumpas pemberontakan DI/TII di wilayah Jawa Barat. Personil PPP melakukan pengejaran di wilayah Tangkuban Perahu, Pegunungan Galunggung, Pegunungan Guntur dan Pegunungan Tampomas. Selain itu PPP juga ikut melaksanakan penumpasan DI/TII di Sulawesi Selatan dengan melakukan operasi yang dipimpin langsung oleh Letkol (U) RHA Wiriadinata. Saat penumpasan RMS tahun 1952, PPP mengerahkan 1 kompi pasukannya di Kendari dan Pulau Buru, Maluku.
Pada peristiwa PRRI di Sumatera, dua kompi PGT pimpinan LU I Sugiri Sukani dan LU I Rachman bersama 1 kompi RPKAD melakukan penerjunan untuk pertama kali pada 12 Maret 1958 saat Operasi Tegas di Pangkalan Udara Simpang Tiga, Pekanbaru. Empat hari berselang pada operasi Sapta Marga 16 Maret 1958, pasukan yang sama dari PGT bersama RPKAD kembali melakukan penerjunan di Medan.
Ketika operasi 17 Agustus di Sumatera Barat, PGT mendapat tugas untuk merebut Lanud Tabing di Padang. Untuk mengawali operasi ini, delapan personel PGT dipimpin Letkol (U) RHA Wiriadinata ditugaskan melakukan operasi khusus. Tim kecil PGT ini mendapat tugas menentukan titik penerjunan yang paling aman bagi pasukan TNI. Pendaratan open sea ini, terbilang berbahaya. Ombak besar menyulitkan pendaratan. Akibatnya, saat regu PGT mendarat dengan motor-tempel kecil di pantai, perahunya pecah. Sampai di pantai, mereka bergerak cepat, menyusup, menentukan koordinat, dan membuat kode-kode rahasia pada DZ. Tentu tidak gampang menentukan lokasi DZ, mengingat pasukan PRRI tersebar di mana-mana.
Pada 17 April 1958 tepat pukul 06.40 satu batalyon PGT dan satu kompi RPKAD diterjunkan dan langsung mendapat perlawanan dari pasukan PRRI, akibatnya satu personel PGT gugur. Selain itu Lanud Tabing juga sudah dipenuhi oleh ranjau paku dan bambu-bambu runcing yang sudah dipersiapkan sebelumnya.
Pada 20 Mei 1958, satu kompi PGT dipimpin Kapten (U) R Suprantijo kembali diterjunkan di Morotai saat operasi Merdeka untuk menumpas Permesta di Sulawesi Utara dan Maluku. Beberapa waktu kemudian satu kompi PGT dipimpin LU I Heru Achjar berhasil merebut bandara Mapanget di Manado. Begitu gencarnya pertempuran di darat maupun dari udara, hingga sempat memancing pesawat Lockheed U-2 Dragon Lady milik AU Amerika (USAF). Pesawat ini pernah dimanfaatkan mengintai pulau Natuna yang disiapkan untuk menggempur Jakarta

Operasi Trikora

PGT AURI dalam operasi Trikora mengambil porsi terbesar jumlah pasukan yang diinfiltrasi ke Irian Barat dengan total 532 orang.
Jumlah personel dari TNI, Polri dan relawan yang diinfiltrasikan selama Trikora adalah 1.154 personel dengan jumlah korban jiwa 216 gugur/hilang dan 296 tertangkap.
Pada tanggal 25 April 1962, saat operasi Banteng Ketaton sebanyak 40 orang pasukan PGT dibawah pimpinan Sersan Mayor (U) J. Picaulima diterjunkan untuk pertama kali di Irian Barat yaitu di daerah Fak-Fak begitu juga penerjunan yang dilakukan 39 personel PGT di Kaimana tanggal 26 April 1962 berhasil dengan baik.
Pada 11 Mei 1962, pasukan PGT dibawah pimpinan Letan Satu (U) Manuhua melaksanakan penerjunan di Sorong saat Operasi Serigala.
Salah satu kisah heroik dan bersejarah adalah peristiwa pengibaran Sang Saka Merah Putih untuk pertama kali dipancangkan di bumi Cendrawasih, Irian Barat, yang dilakukan oleh anggota PGT atas inisiatif Sersan (U) M.F. Mengko. Pada tanggal 19 Mei 1962, sebanyak 81 anggota PGT bertolak dari Pangkalan Udara Pattimura, Ambon, dengan pesawat Hercules yang dipiloti Mayor (U) T.Z Abidin menuju sasaran daerah penerjunan sekitar Kampung Wersar, Distrik Teminabuan. Pada dini hari mereka diterjunkan tepat di atas markas tentara Belanda. Pertempuran jarak dekat yang serba kacau segera terjadi. Tentara Belanda yang tengah tidur kaget karena ada pasukan PGT yang diterjunkan tepat dimarkasnya, sedangkan prajurit PGT juga tidak menyangka akan diterjunkan dimarkas tentara Belanda karena sebelumnya mereka dibriefing akan diterjunkan di perkebunan teh. Kisah heroik ini mengakibatkan tewasnya 53 anggota PGT AURI termasuk komandan tim Letnan Dua (U) Suhadi. Untuk mengenang peristiwa bersejarah tersebut di daerah Teminabuan, Sorong kini telah didirikan sebuah monumen yang diberi nama Tugu Merah Putih.
Untuk memperkuat posisi tentara Indonesia di Irian Barat dilaksanakan operasi Jatayu pada 14 Agustus 1962 dengan rincian Kelompok Elang dibawah pimpinan Kapten (U) Radik Sudarsono diterjunkan di Sorong dan Kelompok Alap-alap di daerah Merauke dipimpin Letnan (U) Benyamin Matitaputty.
Suatu hal yang amat mengagumkan adalah kemampuan untuk bertahan hidup (survival)dari prajurit PGT. Meskipun dengan kondisi alam Irian Barat yang ganas dimana berhutan lebat dengan ketinggian pohon mencapai di atas 50 meter, langkanya binatang maupun tumbuhan yang dapat dimakan, ancaman penyakit malaria, kekurangan logistik dan obat-obatan ditambah serangan gencar dari pesawat tempur maupun tentara Belanda, namun mereka masih mampu bergerilya di dalam hutan sampai menjelang terjadinya gencatan senjata.
Penerjunan dilaksanakan dini hari menjelang subuh. Prajurit PGT dikepekatan malam yang amat dingin diterjunkan di atas hutan-hutan belantara di dekat kota-kota kecil Irian Barat. Para prajurit PGT cukup tangguh untuk berjuang melawan hutan belantara yang pepohonannya amat tinggi, sehingga sebelum mencapai tanah mereka harus bergelut dengan tali dan pisau komando agar bisa turun karena rata-rata tersangkut dipepohonan.
Secara total dilakukan 9 kali penerjunan yang dilakukan PGT selama operasi Trikora di daerah Kaimana, Fak-Fak, Sorong (Sausapor, Klamono dan Teminabuan) serta Merauke dengan mengakibatkan gugurnya 94 orang prajurit dan 73 orang terluka [9]

Operasi Dwikora


Paskhas formasi pertahanan
Seperti halnya saat Trikora, pada saat operasi Dwikora PGT AURI juga menjadi pasukan yang pertama kali diterjunkan ke wilayah Malaysia.
Berbeda dengan Trikora maupun saat penumpasan PRRI/PERMESTA, kali ini PGT bertindak sebagai pelaku tunggal penerjunan (solo performer) tanpa didampingi kesatuan lain dari TNI-AD. Selain melalui udara, personel PGT juga melakukan infiltrasi lewat jalur darat dan laut.
Pada tanggal 31 Januari 1964, PGT melakukan penyebaran pamflet dengan pesawat Hercules C-130 di daerah perbatasan (Sabah, Tawau dan sekitar Pulau Sebatik)[10]
Sejak bulan April 1964, dua kompi PGT dibawah pimpinan LMU I Sutikno dan LMU I Sukimin dipersiapkan dalam rangka infiltrasi melalui laut. Pasukan ini kemudian diberangkatkan ke Tanjung Balai, Karimun dengan kapal motor.
Untuk pertama kalinya pada tanggal 16 Agustus 1964, satu peleton dipimpin SMU Sadikin berhasil menyusup lewat laut ke Pontian Kecil, Johor Baru. Keesokan harinya bertepatan dengan hari kemerdekaan RI tanggal 17 Agustus 1964 kembali satu peleton PGT pimpinan SMU Suparmin disusupkan ke wilayah Malaysia lewat jalur laut. Sebelumnya pada dini hari sebanyak 17 personel PGT berhasil melakukan penerjunan di selatan Johor.
Dalam penerjunan pada tanggal 1-2 September 1964 diterjunkan 3 peleton pasukan terdiri dari 1 peleton dari kompi LU I Suroso,Jakarta dan 2 peleton dari kompi LMU Sutikno,Bandung. Ironisnya, salah satu pesawat C-130 Hercules yang diterbangkan Mayor (U) Djalaloedin Tantu bersama 7 awak pesawat jatuh ke selat Malaka. Sebuah sumber menyatakan bahwa kecelakaan pesawat Hercules yang melakukan terbang malam tersebut akibat terbang terlalu rendah untuk menghindari deteksi radar lawan. Mayor (U) Sugiri Sukani, Komandan Resimen PGT dan LU I Suroso ada di dalam pesawat malang tersebut. Unsur yang ikut tewas dalam peristiwa tersebut adalah 47 orang personel PGT ( 40 orang dari Jakarta dan 7 orang dari Bandung) dan 10 orang Cina Melayu, di antaranya adalah dua gadis. Sedangkan 2 Hercules lainnya berhasil menerjunkan pasukan PGT di daerah sasaran. Sasaran penerjunan ini adalah daerah Taiping, Labis dan Ipoh.
Hanya dalam waktu dua hari, hampir semua personel PGT dapat ditangkap akibat pengkhianatan dari penunjuk jalan yang berasal dari etnis Melayu dan Cina. Mereka baru dibebaskan dari penjara Malaysia setelah 11 Maret 1966 dan dipulangkan ke Indonesia. Setiba di Jakarta, akibat efek dari peristiwa G-30S/PKI mereka kembali ditahan di Cijantung di asrama RPKAD dan diberi julukan ”Tentara Merah”. KU I Sukardi yang tertangkap dan divonis hukuman gantung oleh pemerintah Malaysia akhirnya dibebaskan pasca gencatan senjata RI – Malaysia.
Hampir seluruh personel PGT yang diinfiltrasikan ke Malaysia tertangkap akibat banyaknya operasi yang secara sengaja ”dibocorkan” oleh oknum-oknum di Indonesia. Sedangkan 4 personel PGT yang kembali dengan selamat dan tidak tertangkap mendapatkan anugerah Bintang Sakti dari Presiden RI bersama-sama dengan anggota yang gugur.
Jumlah personel PGT yang gugur/hilang selama operasi Dwikora berjumlah 83 orang sedangkan yang tertangkap/terluka berjumlah 117 orang[11]

Operasi Seroja

Dalam Operasi Seroja, Kopasgat tidak berfungsi sebagai pasukan pemukul seperti yang dilakukan Pasukan Gerak Tjepat (PGT) dalam penumpasan pemberontakan PRRI/Permesta, perjuangan Trikora dan Dwikora. Kopasgat yang terdiri dari Pengendali Tempur (Dalpur), Pengendali Pangkalan (Dallan) dan Satuan Tempur (Satpur) bertugas membentuk pangkalan udara operasi dan pengamanannya.
Gelaran pertama Kopasgat terjadi tanggal 7 Desember 1975 saat 126 personel Detasemen-B Kopasgat yang dipimpin Kapten (Psk) Silaen diterjunkan dengan cara air landed di lapangan terbang Dili, selang dua hari pada 9 Desember 1974 delapan Hercules C-130 menerjunkan pasukan dari Yonif Linud-328 Kostrad, Grup-1 Kopassus, Yonif 401/Banteng Raiders dan 156 personel Kopasgat pada pukul 07.25 WIT. Tugas Kopasgat adalah membebaskan lapangan terbang Baucau, atau lebih populer dengan Villa Salazar dalam bahasa Portugis. Detasemen-A Kopasgat dipimpin Kapten (Psk) Afendi. Operasi ini sekaligus membuktikan kemampuan Kopasgat melaksanakan Operasi Pembentukan dan Pengoperasian Pangkalan Udara Depan (OP3UD). Jumlah personel Kopasgat yang luka-luka saat penerjunan di Baucau adalah 19 orang terdiri dari 2 orang Satpur dan 17 orang Dallan.[12]
Jauh sebelum operasi Seroja dimulai, Kopasgat bersama satuan elit lainnya di TNI sudah terlebih dahulu masuk ke wilayah Timor-Timur untuk membentuk kantong-kantong gerilya serta mendukung para pejuang pro integrasi
Selama operasi Seroja, kehadiran Kopasgat amat disegani baik oleh rakyat maupun gerilyawan Fretilin karena sikapnya yang simpatik dan mampu merebut hati rakyat. Markas Kopasgat seringkali dijadikan tempat perlindungan oleh rakyat untuk menghindari konflik bersenjata yang terjadi. Warna baret jingga dan loreng komando khas Kopasgat kala itu amat populer di Timor-Timur. Hal ini berimplikasi pula pada sedikitnya jumlah personel Kopasgat yang gugur selama operasi Seroja bila dibandingkan dengan satuan lainnya di TNI.
Jumlah personel TNI yang gugur di Timor-Timur antara tahun 1974-1999 adalah 2.292 orang sedangkan dari pihak pejuang pro integrasi mencapai jumlah 1.527 orang[13].

Operasi Trisula dan Penumpasan PGRS/Paraku

Kopasgat turut serta dalam operasi Trisula Kodam V Brawijaya tahun 1967 di daerah Blitar Jawa Timur guna penumpasan sisa-sisa gerakan PKI didaerah tersebut. Dalam mendukung operasi ini Kopasgat mengerahkan satu kompi pasukannya dari Resimen III dibawah pimpinan LU II Wim Mustamu. Pada tahun 1967-1969 timbul pergolakan di Kalimantan Barat yang dikenal dengan nama Pasukan Gerilya Rakyat Serawak (PGRS) dan Pasukan Rakyat Kalimantan Utara (Paraku) berasal dari warga keturunan Tionghoa simpatisan komunis diwilayah Kalimantan. Untuk menghadapi PGRS/Paraku, pemerintah memutuskan untuk menggelar operasi Saber Kilat. Kopasgat sendiri melakukan tugasnya secara berkala dan diadakan pergantian pasukan pada periode tertentu sampai dengan operasi selesai tahun 1969. Perwira Kopasgat yang bertugas dalam operasi ini antara lain Kolonel (U) Z. Rachiman, Letkol (U) Sudjito, LU I Samadikun, LU I Mashud, LU I Sudadyo, LU I Nasroel dan LU II Siswoto Soemali dan LU II Joenoes. Dalam operasi ini gugur 2 orang personel Kopasgat asal Resimen I dan 4 orang lainnya gugur saat peristiwa Lanud Singkawang II

Operasi Sipil

Selain mengabdikan dirinya dalam tugas-tugas operasi militer, prajurit paskhas juga ikut berpartisipasi dalam misi kemanusiaan seperti operasi Tinombala dan Tampomas penanggulangan bencana alam, Tentara Masuk Desa dan karya bakti TNI lainnya.

Misi Perdamaian

Keterlibatan Paskhas dalam misi perdamaian di luar negeri di bawah bendera PBB seperti tergabung dalam:
  • Kontingen Garuda di Vietnam,
  • Kontingen Garuda XIV dibawah Unprofor di Yugoslavia,
  • Kontingen Garuda XIV A-B di Bosnia,
  • Kontingen Garuda XVII dibawah OKI di Filipina,
  • Kontingen Garuda XXIII di Libanon dan penugasan militer di luar negeri lainnya.

Identitas Korps Baret Jingga

Di era Kopasgat mulai dipergunakan baret berwarna jingga dengan emblem berbentuk segilima. Dirasa kurang pas, emblem itu diganti dengan bentuk persegi seperti yang saat ini dipakai Paskhas. Moto yang tertulis pada emblem berbunyi Karmaye Vadikaraste Mafalesu Kadatjana yang artinya “bekerja tanpa menghitung untung dan rugi”. Sementara badge yang dipasang di lengan kiri merupakan gambar lama yang digunakan PGT. Badge itu berupa perisai berwarna merah menyala dengan gambar parasut mengembang menerjunkan dua jenis senjata ringan dan berat. Dari gambar itu dapat diartikan bahwa Kopasgat adalah pasukan Linud yang gagah berani. Kedua lambang, emblem dan badge serta baret berwarna jingga saat ini masih digunakan sebagai ciri pasukan elit TNI-AU. Selain itu dilengan kanan ditambahkan pula badge dengan tulisan Para Komando sebagai ciri khas Pasukan Para Komando Udara[14] Badge ini juga dipakai dilengan kanan pakaian dinas setiap para KSAU sebagai wujud penghormatan kepada satuan elit dilingkup TNI-AU ini.